BAB I
PENDAHULUAN
Ø Latar Belakang
“Bangsa
yang maju adalah bangsa yang baik pendidikannya; bangsa yang jelek
pendidikannya tidak akan pernah menjadi bangsa yang maju”. ---Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono--- Salah satu komponen penting dalam upaya meningkatkaan mutu
pendidikan nasional adalah adanya guru yang berkualitas, profesional dan
berpengetahuan. Guru, tidak hanya sebagai pengajar,
namun guru juga mendidik, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan
mengevaluasi peserta didik. Dalam menjalankan tugasnya sebagai agen
pembelajaran. Guru yang profesional adalah guru yang menguasai materi
pembelajaran, menguasai kelas dan mengendalikan perilaku anak didik, menjadi
teladan, membangun kebersamaan, menghidupkan suasana belajar dan menjadi
manusia pembelajar (learning person). Selain sebagai sebuah profesi, seorang
guru adalah fasilitator, motivator, inspirator dan inovator dalam transformasi
pembelajaran pada anak didik.
Ø Rumusan Masalah
Bagaimana
ciri-ciri guru yang baik dan bagaimana pula yang dimaksud dengan guru sebagai
agen pembelajaran.
BAB II
PEMBAHASAN
GURU SEBAGAI AGEN PEMBELAJARAN
Dalam Standar Nasional Pendidikan (SNP)
Pasal 28, dikemukakan bahwa: “Pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan
kompetensi sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki
kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.”[1]
Selanjutnya dalam penjelasannya dikemukakan bahwa : “yang dimaksud dengan
pendidik sebagai agen pembelajaran (learning agent) adalah peran
pendidik antara lain sebagai fasilitator, motivator, pemacu dan pemberi
inspirasi belajar bagi peserta didik”.
Sukar
untuk menentukan sebenarnya guru yang baik. Walaupun demikian dapat juga
diberikan beberapa prinsip yang berlaku umum untuk semua guru yang baik, adalah
:
- Guru yang baik memahami dan menghormati murid.
- Memahami bahan pelajaran yang diberikannya.
- Memilih metode yang sesuai.
- Menyesuaikan bahan pelajaran dengan kesanggupan murid.
- Mengaktif murid dalam hal belajar.
- Memberikan pengertian
- Menghubungkan pelajaran dengan kebutuhan murid.
- Memiliki tujuan tertentu dari setiap pelajaran.
- Tidak terikat dengan satu buku teks.
- Tidak menyampaikan pengetahuan saja tapi berusaha membentuk kepribadian anak.[2]
A. Guru sebagai Fasilitator
Guru sebagai
fasilitator bertugas memberikan kemudahan belajar kepada seluruh peserta didik,
agar mereka dapat belajar dalam suasana yang menyenangkan, gembira, penuh
semangat, tidak cemas, dan berani mengemukakan pendapat secara terbuka.[3]
Guru sebagai
fasilitator sedikitnya harus memiliki tujuh sikap seperti yang
diidentifikasikan Rogers berikut ini.
1.
Tidak berlebihan mempertahankan pendapat dan keyakinannya, atau kurang
terbuka.
2.
Dapat lebih mendengarkan peserta didik, terutama tentang aspirasi dan
perasaannya.
3.
Mau dan mampu menerima ide peserta didik yang inovatif, dan kreatif bahkan
yang sulit sekalipun.
4.
Lebih meningkatkan perhatiannya terhadap hubungan dengan peserta didik
seperti halnya terhadap bahan pembelajaran.
5.
Dapat menerima balikan, baik yang sifatnya positif maupun negatif, dan
menerimanya sebagai pandangan yang konstruktif terhadap diri dan perilakunya.
6.
Toleransi terhadap kesalahan yang diperbuat peserta didik selama proses
pembelajaran, dan
7.
Menghargai prestasi peserta didik, meskipun biasanya mereka sudah tahu
prestasi yang dicapainya.[4]
Sebagai seorang
guru tidak hanya bertugas untuk mengajar dan memahami materi pelajaran yang
akan diberikan, namun guru juga harus memahami keadaan peserta didik. Beberapa
hal yang harus dipahami guru dari peserta didik antara lain : kemampuan,
potensi, minat, hoby, sikap, kepribadian, kebiasaan, catatan kesehatan, latar
belakang keluarga dan kegiatannya di sekolah.
B. Guru sebagai Motivator
Motivasi merupakan
salah satu faktor yang dapat meningkatkan kualitas pembelajaran, karena peserta
didik akan belajar dengan sungguh-sungguh apabila memiliki motivasi yang
tinggi. Oleh karena itu, untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, guru harus
mampu membangkitkan motivasi belajar peserta didik.
1. Teori Motivasi dari Maslow
Kebutuhan dasar
yang dikatakan Maslow sebagai bertata jenjang (hierarki) dilukiskan seperti di
bawah ini.[5]
Kebutuhan
untuk
Aktualisasi Diri
Kebutuhan untuk
Dihargai
Kebutuhan untuk Diakui
Kebutuhan akan Rasa
Aman
Kebutuhan Psikologis
Dalam hubungannya
dengan peningkatan kualitas pembelajaran, teori Maslow ini dapat digunakan
sebagai pegangan untuk melihat dan mengerti mengapa :
a. Peserta didik yang lapar,
sakit atau kondisi fisiknya tidak baik tidak memiliki motivasi untuk belajar.
b. Peserta didik lebih senang
belajar dalam suasana yang menyenangkan.
c. Peserta didik yang merasa
disenangi, diterima oleh teman atau kelompoknya akan memiliki minat belajar
yang lebih dibanding dengan peserta didik yang diabaikan atau dikucilkan.
d. Keinginan peserta didik untuk
mengetahui dan memahami sesuatu tidak selalu sama.
2. Cara Membangkitkan Nafsu
Belajar
Berdasarkan teori
motivasi di atas terdapat beberapa prinsip yang dapat diterapkan untuk
meningkatkan nafsu belajar peserta didik, antara lain :
a. Peserta didik akan belajar
lebih giat apabila topik yang dipelajarinya menarik, dan berguna bagi dirinya.
b. Tujuan pembelajaran harus
disusun dengan jelas dan diinformasikan kepada peserta didik sehingga mereka
mengetahui tujuan belajar.
c. Peserta didik harus selalu
diberitahu tentang kompetensi, dan hasil belajarnya.
d. Pemberian pujian dan hadiah
lebih baik daripada hukuman, namun sewaktu-waktu hukuman juga diperlukan.
e. Manfaatkan sikap, cita-cita,
rasa ingin tahu, dan ambisi peserta didik.
f. Usahakan untuk memperhatikan
perbedaan individual peserta didik
g. Usahakan untuk memenuhi kebutuhan
peserta didik tersebut.
Dede Suryadi mengemukakan ada
beberapa hal yang patut diperhatikan agar dapat membangkitkan motivasi belajar
adalah sebagai berikut :
(1) Memperjelas tujuan yang ingin dicapai,
(2) Membangkitkan minat siswa,
(3) Menciptakan suasana belajar yang menyenangkan,
(4) Memberi pujian yang wajar terhadap keberhasilan
siswa,
(5) Memberikan penilaian yang positif,
(6) Memberi komentar tentang hasil pekerjaan siswa, dan
(7) Menciptakan persaingan dan kerja sama.[6]
C. Guru sebagai Pemacu
Sebagai pemacu
belajar guru harus mampu melipat gandakan potensi peserta didik dan
mengembangkan sesuai dengan aspirasi dan cita-cita mereka. Guru harus memahami
bahwa setiap orang memerlukan bantuan orang lain dalam perkembangannya tidak
terkecuali peserta didik yang memerlukan bantuan.[7]
Guru juga harus
berpacu dalam pembelajaran, dengan memberikan kemudahan belajar bagi seluruh
peserta didik, agar dapat mengembangkan potensinya secara optimal. Dalam hal
ini, guru harus kreatif, profesional, dan menyenangkan, dengan memposisikan
diri sebagai berikut.[8]
1. Orang tua yang penuh kasih
sayang pada peserta didiknya.
2. Teman, tempat mengadu, dan
mengutarakan perasaan bagi para peserta didik.
3. Fasilitator yang selalu siap
memberikan kemudahan, dan melayani peserta didik sesuai minat, kemampuan dan
bakatnya.
4. Memberikan sumbangan
pemikiran kepada orang tua untuk dapat mengetahui permasalahan yang dihadapi
anak dan memberikan saran pemecahannya.
5. Memupuk rasa percaya diri,
berani dan bertanggung jawab.
6. Membiasakan peserta didik
untuk saling berhubungan dengan orang lain secara wajar.
7. Mengembangkan proses
sosialisasi yang wajar antar peserta didik, orang lain dan lingkungannya.
8. Mengembangkan kreatifitas.
9. Menjadi pembantu ketika
diperlukan.
D. Guru sebagai Pemberi
Inspirasi
Sebagai pemberi
inspirasi belajar, guru harus mampu memerankan diri dan memberikan inspirasi
bagi peserta didik, sehingga kegiatan belajar dan pembelajaran dapat
membangkitkan berbagai pemikiran, gagasan, dan ide-ide baru.
Untuk itu guru
harus mampu menciptakan lingkungan sekolah yang aman, nyaman dan tertib,
optimisme dan harapan yang tinggi dari seluruh warga sekolah, kesehatan
sekolah, serta kegiatan-kegiatan yang terpusat pada peserta didik, agar dapat
memberikan inspirasi, membangkitkan nafsu, gairah dan semangat belajar. Iklim
belajar yang kondusif merupakan faktor pendorong yang dapat memberikan daya
tarik tersendiri bagi proses belajar. Lingkungan yang kondusif antara lain
dapat dikembangkan melalui berbagai layanan dan kegiatan sebagai berikut.[9]
1. Memberikan pilihan bagi
peserta didik yang lambat maupun yang cepat dalam melakukan tugas pembelajaran.
2. Memberikan pembelajaran
remedial bagi peserta didik yang kurang berprestasi, atau berprestasi rendah.
3. Mengembangkan organisasi
kelas yang efektif, menarik, nyaman dan aman bagi perkembangan potensi seluruh
peserta didik secara optimal.
4. Menciptakan kerjasama saling
menghargai, baik antar peserta didik maupun antara peserta didik dengan guru
dan pengelola pembelajaran lain.
5. Melibatkan peserta didik
dalam proses perencanaan belajar dan pembelajaran.
6. Mengembangkan proses
pembelajaran sebagai tanggung jawab bersama antara peserta didik dan guru,
sehingga guru lebih banyak bertindak sebagai fasilitator, dan sebagai sumber
belajar.
7. Mengembangkan sistem evaluasi
belajar dan pembelajaran yang menekankan
pada evaluasi diri sendiri.
Sebagai pemberi
inspirasi, guru juga dapat memerankan dirinya sebagai pembawa ceritera. Dengan
ceritera-ceritera yang menarik diharapkan dapat membangkitkan berbagai
inspirasi peserta didik.
Sebagai pendengar,
peserta didik dapat mengidentifikasi watak-watak pelaku yang ada dalam
ceritera, dapat secara objektif menganalisa, menilai manusia, kejadian-kejadian
dan pikiran-pikiran.
BAB II
PENUTUP
Ø Kesimpulan
Guru mempunyai berbagai peranan
penting dalam metode pembelajaran yaitu; sebagai fasilitator, motivator,
inspirator dan inovator untuk mencapai hasil tujuan pembelajaran yang
diharapkan. Guru di sekolah adalah pendidik, tugasnya membimbing dan
mendampingi siswa agar kelak dapat hidup mandiri. Peran guru sebagai perencana
(planner) pada tahap ini melakukan identifikasi masalah yang ada dikelas yang
akan digunakan untuk kegiatan lesson study dan perencanaan alternative
pemecahannya.
Ø Saran
Penulis
menyadari sebagai manusia biasa yang tak lepas dari kekurangan yang membawa
ketidaksempurnaan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat kostruktif demi kesempurnaannya dimasa mendatang.
DAFTAR PUSTAKA
Alma, Buchari.
2008. Guru Profesional (Menguasai Metode dan Terampil Mengajar), Bandung
: Alfabeta
E. Mulyasa.2007. Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, Bandung : PT Remaja
Rosdakarya
Suryadi, Dede. 11 Februari 2010. Guru Sebagai Motivator
Siswa, http://bataviase.co.id
28 Juli 2010. Guru Sebagai Pemacu,.
http://rici22.student.umm.ac.id
[1] E. Mulyasa, M.Pd, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, Bandung : PT Remaja
Rosdakarya, 2007, hal. 53
[2] Prof. Dr. H. Buchari
Alma, M.Pd.dkk, Guru Profesional (Menguasai Metode dan Terampil Mengajar), Bandung
: Alfabeta, 2008, hal. 149-150
[6] Drs. Dede Suryadi, Guru Sebagai Motivator Siswa, 11 Februari
2010. http://bataviase.co.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar