contoh skripsi bahasa arab pendahuluan
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Penegasan Judul
Sebagaimana tertera dalam halaman judul, skripsi yang akan
dibahas ini berjudul "FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB RENDAHNYA KEMAMPUAN
BERBICARA PESERTA DIDIK KELAS VIII MADRASAH TSANAWIYAH TERPADU
Untuk lebih memperjelas dari penegasan judul di atas akan
penulis uraikan sebagai berikut :
1.
Faktor-Faktor Penyebab
Faktor-faktor adalah kata ulang dari kata
"factor" yang berarti sesuatu yang turut menentukan terjadinya
sesuatu.[1]
Sedangkan "Penyebab" adalah hal ikhwal yang menjadi permulaan adanya
peristiwa atau kejadian.[2]
Jadi yang dimaksud faktor-faktor penyebab
dalam pembahasan skripsi ini adalah segala sesuatu yang menyebabkan rendahnya
kemampuan peserta didik dalam berbicara bahasa Arab.
2.
Kemampuan Berbicara
Menurut Aziz
Fahrurrozi mengungkapkan bahwa keterampilan berbicara adalah kemampuan
pengucapan suara Arab dengan pengucapan yang baik sehingga suara tersebut sesuai
dengan makhrojnya yang telah ditetapkan oleh para ahli .[3]
Dapat penulis pahami
bahwa keterampilan berbicara adalah kemampuan mengungkapkan pendapat atau
pikiran kepada seseorang secara lisan dengan aturan kebahasaan tertentu.
3.
Peserta Didik
Peserta didik adalah anggota masyarakat yang
berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia
pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu.[4]
Jadi yang dimaksud penulis adalah sekelompok
anak didik yang sedang mengembangkan potensi diri di lembaga pendidikan formal
(Madrasah) pada jenjang tingkat menengah.
4.
Madrasah Tsanawiyah Terpadu
Ushuluddin
Adalah sebuah lembaga pendidikan formal yang terletak desa
Belambangan Kecamatan Penengahan Lampung Selatan dan Lembaga tersebut yang
menjadi objek penelitian penulis untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam
penulisan skripsi ini.
Berdasarkan pengertian istilah-istilah di
atas maka dapat disimpulkan bahwasanya yang dimaksud dengan judul skripsi ini
adalah suatu pembahasan penelitian tentang: Faktor-Faktor Penyebab Rendahnya
Kemampuan Berbicara Peserta Didik Kelas VIII Madrasah Tsanawiyah Terpadu Ushuluddin
Belambangan Kecamatan Penengahan Lampung Selatan.
B.
Alasan Memilih Judul
Sebagai bahan pertimbangan dalam pembahasan skripsi ini,
maka ada beberapa hal yang melatar belakangi penulisan dalam memilih judul
antara lain:
1.
Kemampuan Berbicara adalah salah
satu dari empat kemampuan dalam bahasa Arab, berbicara merupakan faktor yang
sangat penting dalam membina kepribadian seseorang dalam menguasai bahasa Arab.
2.
Peserta Didik Kelas VIII Madrasah
Tsanawiyah Terpadu Ushuluddin Belambangan Kecamatan Penengahan Lampung Selatan
memiliki kemampuan berbicara yang masih rendah.
C.
Latar Belakang Masalah
Bahasa adalah alat
berkomunikasi dalam proses berkomunikasi secara formal dan abstrak[5].
Hal ini sejalan dengan fungsi bahasa yaitu sebagai alat komunikasi atau alat
interaksi yang hanya dimiliki manusia[6]. Berdasarkan
penjelasan di atas dapatlah dipahami bahwa setiap orang yang ingin
berkomunikasi dengan yang lain haruslah menggunakan bahasa, sebab tanpa bahasa
tidak akan terjadi komunikasi atau interaksi antara sesama. Begitu pula dengan
bahasa Arab yang selama ini telah digunakan kaum muslimin untuk berkomunikasi.
Bahasa Arab
merupakan bahasa yang paling fasih diantara bahasa-bahasa yang lain dan yang
paling tinggi gaya bahasanya yaitu sebagai bahasa A-l-Qur’an dan bahasa yang
Allah menurunkan wahyunya menggunakan bahasa Arab.[7]
Dalam mempelajari
bahasa Arab ada beberapa keterampilan yang harus dicapai oleh peserta didik
atau bagi orang yang ingin mempelajari dan memahami bahasa Arab seperti
diungkapkan oleh Henry Guntur Tarigan dalam mempelajari bahasa asing (Arab) ada
empat keterampilan yang hendak dikuasai :
1. Keterampilan menyimak
2. Keterampilan berbicara
3. Keterampilan membaca
4. Keterampilan menulis[8]
Dari pendapat di atas, terdapat empat keterampilan yang
harus dikuasai oleh siswa yaitu keterampilan menyimak, keterampilan bicara,
keterampilan membaca, keterampilan menulis.
Berdasarkan
dari keterampilan berbahasa di atas maka penulis tertarik untuk meneliti dari
aspek keterampilan berbicara karena dengan berbicara seseorang mampu
mengucapkan bahasa Arab secara benar dan tepat.
Sebagaimana yang
diungkapkan oleh Ahmad Fuad Effendi “berbicara merupakan sarana utama membina
saling pengertian, komunikasi, timbal balik, dengan menggunakan bahasa sebagai
medianya”.[9]
Sedangkan menurut Aziz Fahrurrozi berbicara adalah suatu alat untuk
mengkomunikasikan gagasan-gagasan yang disusun serta dikembangkan sesuai dengan
kebutuhan pembicara (mutahaddits) dan penyimak (mustami’).[10]
Dapat penulis pahami
bahwa berbicara adalah kemampuan seseorang
memberikan pemahaman terhadap lawan berbicara ketika terjadi interaksi
sehingga mudah dicerna dan dimengerti antara pembicara (mutahaddits) dan
penyimak (mustami’) dengan sempurna.
Menurut Aziz
Fahrurrozi mengungkapkan bahwa keterampilan berbicara adalah kemampuan
pengucapan suara arab dengan pengucapan yang baik sehingga suara tersebut
sesuai dengan makhrojnya yang telah ditetapkan ileh para ahli .[11]
Dapat penulis pahami
bahwa keterampilan berbicara adalah kemampuan mengungkapkan pendapat atau
pikiran kepada seseorang secara lisan dengan aturan kebahasaan tertentu.
Agar siswa mampu
memiliki kemampuan berbicara pada umumnya guru bahasa Arab mengadakan
pembelajaran muhadatsah karena pembelajaran muhadatsah menerangkan dengan
perkataan yang sesuai dengan yang dimaksud. Seperti yang diungkapkan Mahmud
Yunus, bahwa “pembelajaran muhadatsah ialah menerangkan dengan lisan apa yang
terlintas dalam hati dengan perkataan yang betul dan sesuai dengan yang di
maksud”.[12]
Dari definisi di
atas dapat dikatakan bahwasanya muhadatsah adalah menerangkan dengan ucapan
atau lisan apa yang terlintas dalam hati dengan perkataan yang sesuai dengan
yang di maksud. Hal ini juga berarti bahwa pembelajaran muhadatsah adalah
pembelajaran yang mempengaruhi keterampilan berbicara bahasa Arab.
Dalam penerapan pembelajaran muhadatsah ada
langkah-langkah yang perlu diketahui atau digunakan oleh guru. Adapun
langkah-langkah pembelajaran muhadatsah seperti yang diungkapkan oleh Mahmud
Yunus adalah sebagai berikut:
1)
Guru memilih materi pelajaran yang sesuai dengan otak
siswa dan umurnya dan menarik hati mereka.
2)
Guru memilih kata-kata yang sesuai
dengan pengetahuan siswa serta menandai kata-kata yang sulit dan menuliskannya
di papan tulis.
3)
Guru menyiapkan alat-alat peraga
yang menolong lancarnya pelajaran, serta pandai menggunakannya menurut mestinya.
4)
Bagi murid-murid yang baru
belajar, guru
harus menyertakan
perkataan dengan perbuatan (isyarat), agar dapat melukiskan arti yang di
maksud, kemudian siswa disuruh mencontohkannya.
5)
Apabila siswa telah pandai berbicara
dalam bahasa Arab dengan kalimat- kalimat yang pendek, hendaknya guru
memperhatikan macam-macam perbuatan atau isyarat (gambar), lalu mereka disuruh
menerangkannya dengan kalimat yang sempurna.
6)
Pada akhir pelajaran guru harus mengadakan soal Tanya
jawab dengan siswa, sebagai ulangan pelajaran muhadatsah itu, semua jawaban harus dalam kalimat yang
sempurna.
7)
Apabila siswa telah agak maju
dalam pelajaran muhadatsah, hendaklah Guru menyiapkan alat-alat peraga (benda,
contoh-contoh, atau gambar-gambar) dan memperlihatkannya kepada mereka, dan
bersoal jawab dengan mereka berkenaan dengan nama benda dan tempatnya,
sifat-sifatnya, gunanya dan sebagainya. Sehingga lancar lidah mereka
bercakap-cakap tentang keadaan benda itu.
8)
Suruhlah siswa mengeluarkan buku
tulis dan menyalin kata-kata baru atau istilah-istilah yang tertulis di papan tulis.[13]
Adapun
komponen-komponen dalam keterampilan atau kemampuan berbicara sebagaimana
dikatakan oleh Henry Guntur Tarigan yaitu:
1.
Fonologi
2.
Struktur
3.
Kosa kata
4.
Kecepatan dan Kelancaran umum[14].
Dari pendapat di
atas terdapat empat komponen dalam kemampuan berbicara yaitu aspek fonologi,
aspek struktur, aspek kosa kata, dan aspek kecepatan dan kelancaran umum.
Ahmad Fuad Effendi
mengatakan bahwa yang dikatakan memiliki keterampilan berbicara sebagaimana
disarankan oleh para ahli yaitu terdiri dari Aspek Kebahasaan dan Non
Kebahasaan.
1.
Aspek kebahasaan
a)
Pengucapan
pengucapan dalam makhorijul huruf
b)
Penempatan tekanan (Mad dan
Syiddah)
Kesesuaian
gaya berbicara dengan penutur aslinya (Masyarakat Arab)
c)
Nada dan Irama
Pengucapan
kalimat Arab siswa
d)
pilih kata (Diksi)
kata
atau kalimat bahasa Arab siswa harus tepat dan sesuai
e)
Pilihan Ungkapan
Sesuai
dengan apa yang hendak diungkapkan siswa
f)
Susunan Kalimat
Sesuai
dengan kaidah nahwu sorof
g)
Variasi
2.
Aspek non kebahasaan
a)
Kelancaran
Siswa
berbicara bahasa Arab dengan fasih dan jelas (tidak ragu)
b)
Penguasaan Topik
Penguasaan
siswa terhadap materi
c)
Penalaran (pemahaman)
Kemudahan
siswa dalam memahami materi
d)
Keberanian
Keberanian
siswa dalam berbicara bahasa Arab (Tidak Takut Salah)
e)
Kerajinan
Terampil
dan rajin dalam menggunakan atau berbicara bahasa Arab.[15]
Dari
pendapat di atas dapat penulis pahami bahwa yang dikatakan memiliki kemampuan
berbicara yaitu terdiri dari aspek bahasa dan non bahasa. Aspek kebahasaan
meliputi: pengucapan, penepatan tekanan,
nada dan irama, pilih kata, pilihan ungkapan, susunan kalimat dan variasi.
Aspek non kebahasaan meliputi: kelancaran, penguasaan topik, penalaran
(pemahaman), keberanian dan kerajinan.
Berdasarkan hasil
pra survei yang peneliti lakukan di Madrasah Tsanawiyah Terpadu Ushuluddin
Belambangan Kecamatan Penengahan Lampung Selatan didapati data sebagai berikut:
TABEL 1
Keadaan Siswa Kelas VIII Madrasah
Tsanawiyah
Terpadu Ushuluddin Tahun
2011
No
|
Kelas
|
Laki-laki
|
Perempuan
|
Jumlah
|
|
1
|
VIII
|
VIII A
|
15
|
17
|
32
|
2
|
VIII B
|
13
|
11
|
24
|
|
Jumlah
|
56
|
Sumber : Hasil Prasurvei 7
November 2011
Dari tabel di atas dapat dipahami
bahwa kelas VIII berjumlah 56 siswa,
yang terdiri dari kelas VIII A berjumlah 32 yang terdiri dari 15 siswa
laki-laki dan 17 siswa perempuan dan kelas VIII B berjumlah 24 siswa yang terdiri
dari 13 siswa laki-laki dan 11 siswa perempuan dan kelas IX
berjumlah 35 siswa, yang terdiri dari kelas 17 siswa laki-laki dan 18
siswa perempuan.
Dari uraian di atas
maka penulis akan meneliti kelas VIII dengan alasan, seyogianya siswa kelas VIII mampu
memiliki kemampuan berbicara dengan baik akan tetapi kenyataannya siswa kelas
VIII kemampuan berbicaranya masih rendah, yang peneliti khususkan di kelas VIII B,
karena di kelas tersebut lebih banyak rendahnya peserta didik dalam kemampuan
berbicara. Hal ini
dapat dilihat dari tabel hasil tes yang penulis berikan
kepada 24 siswa
kelas VIII B. Hasilnya dapat dilihat sebagai berikut :
TABEL
2
Hasil Tes Kemampuan
Berbicara Kelas VIII Madrasah Tsanawiyah Terpadu Ushuluddin Belambangan
Kecamatan Penengahan Lampung Selatan Tahun 2011
No
|
Kriteria
nilai
|
Nilai
Kemampuan Berbicara
|
Jumlah siswa
|
Prosentase
|
Keterangan
|
1
|
a.b
|
Nilai 7
|
3
|
12.5
%
|
Baik
|
2
|
a.b.c
|
Nilai 6
|
5
|
20.8
%
|
Cukup
|
3
|
a.b.c
|
Nilai 5
|
7
|
29
%
|
Kurang
|
4
|
c.d
|
Nilai 4
|
9
|
37.5
%
|
Sangat Kurang
|
Jumlah
|
|
100%
|
|
Sumber : Hasil Tes Interview 7
November 2011[16]
Keterangan:
a.
Fonologi
b.
Struktur
c.
Kosa
kata
d.
Kecepatan dan Kelancaran
Berdasarkan pada tabel di atas, maka tergambar bahwa kemahiran
berbicara peserta didik kelas VIII B nampaknya sebagian
besar masih di bawah standar yaitu pemerolehan nilai baik berjumlah 3 peserta didik (12,5 %), nilai cukup 5 peserta didik (20.8 % ), nilai kurang 7 peserta didik (29 %), nilai sangat kurang 9 peserta didik
(37,5 %).
Melihat dari pemerolehan tes
di atas tergambar bahwa kemahiran berbicara masih kurang yang ditunjukkan dari
persentase hasil tes kepada peserta didik, sebagian besar peserta didik
mendapatkan nilai di bawah cukup yaitu 66,5 % atau 16 peserta didik. Maka pernyataan di atas
menggambarkan bahwa kemahiran berbicara masih rendah. Adapun
kesalahan-kesalahan yang ada berupa kesalahan dalam kosakata, kecepatan dan kelancaran.
Berdasarkan paparan di atas
maka penulis tertarik untuk meneliti Faktor-faktor apa saja yang dihadapi
peserta didik sehingga kemahiran berbicara di Kelas VIII B Madrasah Tsanawiyah Terpadu Ushuluddin
Belambangan Kecamatan Penengahan Lampung Selatan masih rendah.
D.
Rumusan Masalah
Winarno Surakhmad
menyatakan bahwa : ”Masalah adalah setiap kesulitan yang menggerakkan manusia
untuk memecahkannya”.[17]
Menurut Sumardi Surya Brata, "Masalah
atau permasalahan adalah adanya kesenjangan (Gap) antara das Sollen
(yang seharusnya) dan das
Sein (kenyataan yang terjadi)".[18]
Dengan demikian
dapat dimengerti bahwa masalah adalah kesenjangan yang terjadi antara
seharusnya terjadi dengan kenyataan yang terjadi untuk dicari jawaban dan
pemecahannya melalui penelitian.
Berdasarkan dari
latar belakang masalah di atas, maka untuk merumuskan masalah secara spesifik
yaitu “Faktor-faktor apa yang menyebabkan rendahnya kemampuan berbicara peserta
didik Kelas VIII Madrasah Tsanawiyah Terpadu Ushuluddin Belambangan Kecamatan
Penengahan Lampung Selatan?”.
E.
Tujuan dan Kegunaan
Penelitian
a.
Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui
Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan rendahnya kemahiran berbicara peserta
didik Kelas VIII Madrasah Tsanawiyah Terpadu Ushuluddin Belambangan Kecamatan
Penengahan Lampung Selatan.
b.
Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan dari
penelitian ini adalah:
1.
Secara teoritis, untuk menambah
wawasan dan mengembangkan pengetahuan penulis tentang faktor-faktor penyebab
rendahnya kemahiran berbicara.
2. Secara praktis, sebagai input bagi lembaga pendidikan dan guru bahasa
Arab sekaligus memperkaya informasi tentang faktor-faktor penyebab rendahnya
kemahiran berbicara.
F.
Metode Penelitian yang
digunakan
1. Jenis dan sifat penelitian
a. Jenis penelitian
Dilihat dari jenisnya, penelitian ini
termasuk penelitian lapangan (fieldreaserch) yaitu "suatu penelitian yang
dilakukan secara sistematis dengan mengangkat data yang ada di lapangan".[19]
Data yang diperlukan dalam penelitian ini
adalah data yang berkenaan dengan kemampuan berbicara di MTs Terpadu Ushuluddin
Belamangan Kecamatan Penengahan Lampung Selatan.
b Sifat penelitian
Penelitian ini bersifat deskriptif yaitu
penelitian yang dilakukan dengan menjelaskan, menggambarkan variabel-variabel
masa lalu dan masa sekarang (sedang terjadi) Atau dengan kata lain
deskriptif eksploratif yaitu bertujuan untuk menggambarkan keadaan
atau status fenomena.[20]
2. Populasi
Populasi menurut Sutrisno Hadi yaitu: “Semua
individu untuk siap kenyataan yang diperoleh dari sampel itu hendak
digeneralisasikan disebut populasi atau universe”[21].
Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto, populasi adalah keseluruhan subyek
penelitian.[22]
Dari kedua
pengertian di atas, jelas bahwa populasi merupakan seluruh individu yang
mempunyai karakteristik tersendiri sehingga memungkinkan untuk diadakan
penelitian. Pada penelitian ini yang dijadikan populasi adalah siswa kelas VIII
Madrasah Tsanawiyah Terpadu Ushuluddin Belambangan Kecamatan Penengahan Lampung
Selatan yang berjumlah 56 siswa.
Dalam menentukan jumlah sampel yang diambil
dari populasi penelitian maka dijelaskan oleh Suharsimi Arikunto bahwa untuk
sekedar ancer-ancer maka apabila subyeknya kurang dari 100, lebih baik diambil
semua sehingga penelitian merupakan penelitian populasi. Tetapi jika jumlah
subyeknya besar maka dapat diambil antara10-15% atau 25-30%.[23]
Berdasarkan pendapat di atas dalam
penelitian ini populasi berjumlah 56 siswa, maka penulis mengambil semua subyek
yang akan diteliti, jadi penelitian ini merupakan penelitian populasi.
3.
Alat Pengumpul Data
Dalam proses
pengumpulan data di lapangan, penulis menggunakan metode pengumpulan data
sebagai berikut:
a.
Tes
Tes adalah alat ukur
yang diberikan kepada individu untuk mendapatkan jawaban-jawaban yang
diharapkan, baik secara tertulis, lisan, maupun tindakan/perbuatan.[24]
Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto “Tes adalah serentetan pertanyaan atau
latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan,
intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok”.[25]
Dapat penulis pahami
bahwa tes adalah alat ukur atau serentetan pertanyaan baik lisan maupun
tertulis untuk mengetahui batas keterampilan atau kemampuan seseorang atau kolektif.
Metode tes ini penulis gunakan sebagai alat pengumpulan data dalam mengukur
kemampuan berbicara peserta didik,
menurut Indra Kusuma ada dua macam tes yaitu:
1.
Tes tertulis adalah suatu alat atau prosedur yang
sistematis dan objektif untuk memperoleh data-data atau keterangan-keterangan
yang diinginkan tentang seseorang, dengan cara yang boleh dikatakan cepat dan
tepat.
2.
Tes lisan adalah tes yang
pelaksanaannya dilakukan dengan mengadakan tanya jawab secara langsung antara
pendidik dan peserta didik.[26]
Adapun tes yang
digunakan adalah tes secara lisan, dan tes ini merupakan metode primer yang
penulis gunakan untuk mengumpulkan data sekaligus mengukur Faktor-Faktor
Penyebab Rendahnya Kemampuan Berbicara Peserta Didik Kelas VIII Madrasah
Tsanawiyah Terpadu Ushuluddin Belambangan Kecamatan Penengahan Lampung Selatan.
b.
Observasi
Observasi adalah
“Pengamatan dan pencatatan yang sistematik terhadap gejala-gejala yang
diteliti.”[27]
Sedangkan observasi menurut Kartini Kartono adalah” “Studi yang disengaja dan sistematis
tentang fenomena sosial dan gejala-gejala psikis dengan jalan pengamatan dan
pencatatan.”[28]
Dari kedua pendapat
tersebut, maka dapat penulis pahami bahwa observasi adalah suatu teknik
pengumpulan data dengan jalan mengamati dan mencatat secara langsung maupun
tidak langsung terhadap obyek yang diteliti itu. Menurut Sutrisno Hadi
Observasi ada tiga macam di antaranya sebagai berikut :
1.
Observasi partisipan dan Non
partisipan
2.
Observasi sistematis dan Non
sistematis
3.
Observasi Eksperimen dan Non
eksperimen[29]
Adapun jenis
observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi non partisipan,
yaitu peneliti tidak ambil bagian dalam kegiatan yang diobservasi, jadi di sini
peneliti (observer) hanya sebagai pengamat.
Metode ini penulis
gunakan untuk memperoleh data mengenai kegiatan pembelajaran muhadatsah di
kelas dan mengamati kegiatan siswa dalam pembelajaran tersebut.
c.
Interview
Interview atau
wawancara adalah “ sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara (interviewer)
untuk memperoleh informasi dari terwawancara”.[30]
Sedangkan menurut Sutrisno Hadi interview atau wawancara adalah suatu proses
tanya jawab lisan di mana dua orang atau lebih berhadap – hadapan secara fisik
yang satu dapat melihat yang lain dan dapat mendengar suara satu sama lainnya.[31]
Adapun menurut jenisnya metode interview atau wawancara dapat dibagi menjadi
tiga yaitu:
1.
Interview tak terpimpin
2.
Interview terpimpin
Jenis interview yang
penulis gunakan dalam penelitian ini adalah interview bebas terpimpin, di mana
interviewer telah memberikan kerangka-kerangka pertanyaan untuk disajikan.
Interview ini penulis tujukan kepada kepala sekolah, guru bidang studi bahasa
Arab dan beberapa peserta didik kelas VIII MTs. Ushuluddin Belambangan
Kecamatan Penengahan Lampug Selatan. Metode interview dalam penelitian ini
digunakan untuk memperoleh data tentang kesulitan-kesulitan yang dihadapi
peserta didik dalam pembelajaran muhadatsah.
d.
Dokumentasi
Dokumentasi adalah
mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip,
buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda, dan
sebagainya.[33]
Sedangkan menurut Koentjaraningrat dokumentasi adalah kumpulan data variabel
yang berbentuk tulisan.[34]
Dari kedua pendapat
di atas, penulis dapat memahami bahwa metode dokumentasi adalah mencari data
atau keterangan-keterangan yang berbentuk catatan, transkrip, buku dan
lain-lain atau peristiwa penting yang sudah lalu.
Metode ini penulis
gunakan untuk memperoleh dokumen berupa data tentang prestasi belajar yang dihasilkan
siswa kelas VIII MTs. Terpadu Ushuluddin Belambangan Kecamatan Penengahan
Lampug Selatan dalam pelajaran bahasa Arab, mengetahui sejarah berdirinya
sekolah, jumlah murid, jumlah guru, struktur organisasi sekolah, keadaan guru,
dan keadaan siswa.
4.
Teknik Analisis Data
Dari data yang telah
terkumpul melalui alat pengumpul data, kemudian penulis mengolah data tersebut
dan menganalisisnya guna memperoleh kesimpulan dari hasil penelitian ini.
Adapun langkah-langkah pengolahan dan analisis data dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
- Reduksi data adalah proses memilih, menyederhanakan, memfokuskan, mengabstraksi dan mengubah data kasar ke dalam catatan lapangan.
- Display atau sajian data merupakan suatu cara merangkai data dalam suatu organisasi yang memudahkan untuk pembuatan kesimpulan atau tindakan yang diusulkan
- Verifikasi data atau penyimpulan data adalah penjelasan tentang makna-makna data dalam suatu konfigurasi yang secara jelas menunjukkan alur kuasanya, sehingga dapat diajukan proposisi-proposisi yang terkait dengannya.[35]
Setelah pengolahan
data kemudian penulis menganalisa data tersebut, dalam analisa data penulis
menggunakan cara berpikir induktif, yaitu: “cara berpikir induktif berangkat
dari fakta-fakta yang khusus peristiwa-peristiwa yang konkrit. Kemudian dari
fakta-fakta atau peristiwa yang khusus ditarik generalisasi yang bersifat
umum.”[36]
Berdasarkan
pernyataan di atas, cara berpikir yang penulis gunakan dengan menguraikan faktor-faktor rendahnya kemampuan berbicara terlebih dahulu dari sifatnya yang khusus kemudian diambil kesimpulan
yang bersifat umum. Dengan cara berpikir tersebut diharapkan akan menghasilkan
suatu kesimpulan yang obyektif dan sesuai dengan maksud dari tujuan penelitian
ini.
[1] Departemen Pendidikaii dan Kebudayaaii RI. Kamus
Besar Bahasa Indonesia Balai, Pustaka, Jakarta, 1994, him. 234
[3] Mahmud Kamil Annaqah, Ta’lim Allugoh al’arobiyah.jami’ah ummul quro,
1985. hlm. 151
[4] Departemen Agama RI
Direktorat Jendral kelembagaan Agama Islam, Memahami Paradigma Baru
Pendidikan Nasional dalam Undang-Undang Sirdiknas. Ditjcn Kelembagaan Agama
Islam Depag, Jakarta, 2003, him. 35
[6] Abdul Khoir dan
Leoni Agustina, Sosiolinguistik Perkenalan amal, Jakarta, : Rineka Cipta,1995,
hlm.4
[8] Sulthan Syahril, Thoroiku Tadris al-Lughah al-Arabiyah Baina al –
Nazhoriyah wa al- Tatbiq, Fakultas Tarbiyah IAIN Raden Intan Bandar
Lampung.hlm.6
[9] Ahmad Fuad Effendi, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab,
Misyak, Malang. 2005, hlm 112
[10] Aziz Fahrurrozi dan Erta
Mahyudin, M.Pd, Pembelajaran Bahasa Arab, Direktorat Jendral Pendidikan Islam Departemen Agam
republic Indonesia, Jakarta, 2009. Hlm. 290
[11] Mahmud Kamil Annaqah, Ta’lim Allugoh al’arobiyah.jami’ah ummul quro,
1985. hlm. 151
[12] Mahmud Yunus, Metode Khusus Bahasa Arab, PT Hidakatya Agung, Jakarta, 1990, hlm. 68
[13] Mahmud Yunus, Metode Khusus Bahasa Arab (Bahasa Al-Qur’an),
PT.Hida Karya Agung, Jakarta, 1990, hlm. 69-70
[14] Henry Guntur Tarigan, Berbicara Sebagai suatu Keterampilan Berbicara,
Akasa, Bandung, thn 2008, hlm. 3
[15] Ahmad Fuad Effendi, Op Cip, hlm.125
[16] Obserfasi di MTs Terpadu Ushuluddin
Belambangan, 7 November 2012
[17] Winarno Surakhmad, Pengantar Penelitian Ilmiah, Tarsito,
Bandung, 1990, hlm. 34
[18] Sumadi Suraya Brata, Metodologi Penelitian, PT. Raja Grafindo
Persada, Jakarta, 2003 hlm. 12.
[19] Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu
Pendekatan Praktik, Rineka Cipta, Jakarta, 1994, hlm.
78
[21] Sutrisno Hadi, Metdologi Research Jilid I, Adi Offset,
Yogyakarta, 1993, hlm 63
[22] Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian suatu pendekatan Praktek,
Bima Aksara, Jakarta, 1989, hlm. 115
[23] Suharsimi Hadi, Op-Cit, hlm 74
[24] Alinis Ilyas, Metodologi Penelitian, Fakultas Tarbiyah IAIN
Raden Intan Lampung,2003-2004, hlm 32.
[25] Suharsimi Arikunto, Op.Cit, hlm.112
[27] Cholid Nurbuko dan Abu Ahmadi, Metodologi
Penelitian, Bina Aksara, Jakarta, 1997, hlm. 54
[28] Kartini Kartono, Pengantar
Metodologi Research Sosial, Alumni, Bandung, 1983, hlm. 157
[29] Sutrisno Hadi, Op.Cit, hlm.36
[30] Suharsimi Arikunto, Op.Cit, hlm. 142
[31] Sutrisno Hadi, Op.Cit, hlm.92
[32] Cholid Narbuko dan Abu Ahomadi, Op.Cit, hlm.85
[33] Suharsimi Arikunto, Op.Cit, hlm. 206
[34] Koentjaraningrat, Metode-metode
Penelitian Masyarakat, PT. Gramedia, Jakarta, 1985, hlm.46
[35] Alinis Ilyas, Op.Cit, hlm. 52
[36] Sutrisno Hadi. Metodology Research Jilid 1, Jogjakarta,
Fakultas Psikologi, UGM, 1983, hlm. 42
Tidak ada komentar:
Posting Komentar