Pentingnya Shalat Berjamaah
(ditulis oleh: Al-Ustadz Saifuddin Zuhri, Lc.)
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,
Marilah kita senantiasa bertakwa kepada Allah l dengan sebenar-benar
takwa. Dan marilah kita selalu menjalankan dan menjaga kewajiban-Nya
yang paling besar setelah dua kalimat syahadat, yaitu kewajiban shalat.
Karena agung serta butuhnya seseorang terhadap kewajiban ini, Allah l
memerintahkan untuk mengerjakannya tidak hanya sekali dalam sehari.
Allah l telah mewajibkan kepada kita untuk menjalankannya lima waktu
dalam sehari semalam, pada waktu-waktu yang tidak merugikan sedikit pun
bagi aktivitas kita. Bahkan sangat membantu dan menguntungkan kegiatan
kita sehari-hari.
Hadirin rahimakumullah,
Allah k telah menyebutkan ancaman yang sangat keras bagi orang-orang
yang meremehkan kewajiban shalat. Tentu saja ini menunjukkan betapa
besarnya kewajiban ini di sisi Allah l. Sebagaimana tersebut dalam
firman-Nya:
”Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang
menyia-nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsunya, maka mereka
kelak akan menemui siksa yang sangat keras dan berlipat-lipat. Kecuali
orang yang bertaubat, beriman dan beramal saleh, maka mereka itu akan
masuk surga dan tidak dianiaya (dirugikan) sedikit pun.” (Maryam: 59-60)
Di antara hal yang juga menunjukkan betapa agungnya keutamaan shalat,
adalah apa yang disebutkan oleh Al-Imam Al-Bukhari dan Muslim c dalam
Shahih keduanya, yaitu bahwa Rasulullah n menyerupakan shalat lima waktu
dengan sungai yang mengalir di depan pintu seorang muslim dan digunakan
untuk mandi sebanyak lima kali dalam sehari, sehingga akan
menghilangkan kotoran-kotoran yang melekat di badannya. Begitu pula
shalat lima waktu, akan menghapus dosa-dosa seorang muslim yang selalu
menjalankan dan menjaganya. Hanya saja dosa-dosa yang dihapus adalah
dosa-dosa kecil. Adapun dosa-dosa besar seperti durhaka kepada orangtua,
mencuri, riba, memakan harta anak yatim, berdusta, menipu dalam jual
beli dan semisalnya, maka tidak akan terhapus kecuali dengan bertaubat
kepada Allah l.
Maka sungguh merupakan kenyataan yang sangat mengherankan dan
menyedihkan, ketika kita dapatkan sebagian kaum muslimin tidak
memerhatikan bahkan seolah-olah tidak tahu kewajiban shalat lima waktu
ini. Sehingga di mata mereka, shalat lima waktu seperti amalan yang
tidak ada nilainya. Padahal Allah l dan Rasul-Nya telah menjelaskan
bahwa orang yang tidak mengerjakan shalat adalah bukan saudara kita
seiman. Begitupula shalat adalah perkara yang membedakan antara seorang
muslim dengan orang kafir. Hal ini disebutkan di dalam firman-Nya:
”Dan jika mereka mau bertaubat dan menegakkan shalat serta menunaikan
zakat, maka mereka adalah saudara kalian seagama.” (At-Taubah: 11)
Rasulullah n bersabda:
”Sesungguhnya (yang membedakan) antara seseorang dengan kesyirikan dan kekufuran adalah meninggalkan shalat.” (HR. Muslim)
Bahkan Al-Imam Ibnul Qayyim v mengatakan: ”Sungguh, Al-Kitab dan
As-Sunnah serta ijma’ sahabat telah menunjukkan kafirnya orang yang
meninggalkan shalat.”
Saudara-saudaraku kaum muslimin rahimakumullah,
Oleh karena itu, orang yang sama sekali tidak mau mengerjakan shalat
dan tidak mau diingatkan untuk menjalankannya dihukumi sebagai orang
kafir yang keluar dari Islam. Sehingga sebagai akibat dari hukum
tersebut, kita tidak boleh lagi memakan daging hewan sembelihannya.
Tidak boleh pula kita menikahkan anak-anak perempuan kita dengannya,
serta tidak berhak baginya untuk menerima harta warisan serta
konsekuensi-konsekuensi lainnya. Begitu pula, sudah seharusnya kita
membencinya dan meninggalkan serta menjauhinya, selama dia tidak mau
menerima nasihat dan terus-menerus dalam keadaan demikian. Apabila dia
mati dan belum juga bertaubat, maka mayatnya tidak perlu dimandikan,
dikafani, dan dishalati serta tidak dikubur di pemakaman kaum muslimin.
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,
Ketahuilah bahwa Allah l yang telah memerintahkan kepada kita shalat
lima waktu juga mewajibkan bagi kita untuk menjalankannya secara
berjamaah. Hal ini sebagaimana disebutkan di dalam ayat-ayat-Nya dan
hadits-hadits Rasul n. Bahkan dalil-dalil yang ada menunjukkan bahwa
meninggalkan kewajiban ini tanpa ada sebab yang syar’i adalah dosa
besar. Allah l berfirman:
”Dan tegakkanlan shalat dan tunaikanlah zakat dan rukuklah bersama-sama orang yang ruku’.” (Al-Baqarah: 43)
Maka tentu saja merupakan kenyataan yang memprihatinkan, ketika kita
dapatkan banyak di antara kaum muslimin yang meremehkan kewajiban ini.
Mereka mendengar adzan dikumandangkan, namun tidak mau memenuhi
panggilan adzan tersebut untuk segera menuju ke masjid. Padahal dia
dalam keadaan sehat dan kuat. Seakan-akan dia mengatakan: ”Aku mendengar
panggilan untuk menghadap-Mu ya Allah, namun aku tidak akan
memenuhinya.” Bahkan hal ini terjadi pada sebagian orang yang bertempat
tinggal di sekitar masjid. Rumah mereka di dekat masjid, namun hatinya
jauh dari masjid. Wal ‘iyadzubillah (Kita berlindung kepada Allah l).
Saudara-saudaraku kaum muslimin rahimakumullah
Sebagian yang lain dari kaum muslimin ada yang berangkat ke masjid
namun diiringi rasa malas. Mereka tidak segera mempersiapkan diri untuk
pergi ke masjid, namun menundanya sampai menjelang atau saat iqamah
dikumandangkan. Sehingga mereka terburu-buru ketika menuju masjid. Hal
ini tentu menyelisihi aturan Rasulullah n dalam adab berjalan ke masjid.
Yaitu berjalan dengan tenang tanpa melakukan gerakan yang tidak
diperlukan, ataupun melihat ke kanan dan kiri tanpa ada keperluan, dan
menghadirkan hati untuk menghadap kepada Allah l. Maka terluput pula
dari mereka keutamaan yang besar bagi orang-orang yang menunggu shalat
di masjid. Yaitu malaikat akan memintakan ampun dan rahmat kepada Allah l
untuknya selama dia terkena hadats. Hal ini sebagaimana tersebut di
dalam hadits Rasulullah n yang diriwayatkan oleh Al-Imam Al-Bukhari dan
Muslim.
Padahal kami yakin bahwa apabila mereka dipanggil untuk mendapatkan
dunia, tentu mereka akan segera mendatanginya kapan saja tanpa ada rasa
malas. Begitu pula, mereka akan mau menunggunya tanpa rasa bosan,
meskipun harus antri dan memakan waktu berjam-jam. Yang demikian ini
tentu menunjukkan lemahnya iman, dan menunjukkan bahwa dunia lebih
mereka utamakan daripada akhirat.
Hadirin rahimakumullah
Selanjutnya ketahuilah bahwa Rasulullah n di dalam hadits-haditsnya
telah menjelaskan kepada kita tentang aturan-aturan yang berkaitan
dengan shalat berjamaah. Di antaranya adalah kewajiban meluruskan dan
merapatkan shaf. Banyak hadits-hadits yang menunjukkan kewajiban ini. Di
antaranya Rasulullah n bersabda:
”Sungguh luruskanlah shaf-shaf kalian, atau kalau tidak demikian
sungguh Allah akan menjadikan wajah-wajah kalian saling berpaling.” (HR.
Al-Bukhari dan Muslim)
Maka sudah semestinya bagi imam dengan dibantu oleh para makmum untuk memerhatikan kewajiban ini.
Hadirin rahimakumullah
Di antara aturan yang juga harus diperhatikan dalam shalat berjamaah
adalah tidak diperbolehkannya bagi seseorang untuk berdiri sendiri di
belakang shaf ketika sedang menjalankan shalat berjamaah. Hal ini
sebagaimana tersebut di dalam hadits Nabi n:
”Bahwasanya Nabi n melihat seorang laki-laki shalat sendirian di
belakang shaf, maka beliau n memerintahkannya untuk mengulanginya.” (HR.
Abu Dawud dan yang lainnya, dan dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albani
v)
Dan di antara kewajiban yang juga harus diperhatikan berkaitan dengan
shalat berjamaah adalah kewajiban bagi makmum untuk mengikuti gerakan
imam. Sehingga tidak boleh baginya untuk mendahului imam ketika ruku’,
sujud, dan gerakan lainnya. Begitu pula tidak mendahuluinya ketika
mengucapkan takbir dan tidak terburu-buru mengucapkan amin sebelum imam
menyempurnakan bacaan Al-Fatihah.
Nabi n bersabda:
”Tidakkah salah seorang dari kalian takut apabila mengangkat
kepalanya mendahului imam sehingga Allah akan mengubah kepalanya menjadi
kepala keledai atau Allah akan mengubah tubuhnya menjadi tubuh
keledai?” (Muttafaqun ‘alaih)
Hadirin rahimakumullah
Akhirnya, marilah kita berusaha untuk menjaga kewajiban shalat lima
waktu secara berjamaah di masjid. Karena shalat merupakan penghubung
antara seorang hamba dengan Rabbnya. Sehingga shalat adalah tolok ukur
yang menunjukkan tingkatan keislaman seseorang. Janganlah kita menjadi
orang-orang yang tertipu oleh godaan setan sehingga melupakan kita dari
menjalankan dan menjaga kewajiban-kewajiban-Nya. Allah berfirman:
”Setan telah menguasai mereka lalu menjadikan mereka lupa dari
mengingat Allah, mereka itulah golongan yang mengikuti setan. Ketahuilah
bahwa sesungguhnya golongan setan itulah golongan yang merugi.”
(Al-Mujadilah: 19).
Khutbah Kedua
Saudara-saudaraku kaum muslimin rahimakumullah
Marilah kita senantiasa bertakwa kepada Allah l, sebagai bekal yang
akan kita bawa untuk kehidupan yang sesungguhnya nanti di akhirat.
Kehidupan yang Allah l telah janjikan bagi orang-orang yang bertakwa
dengan kenikmatan surga di sana. Dan Allah l sediakan neraka sebagai
tempat untuk mengadzab hamba-hamba-Nya yang bermaksiat kepada-Nya. Allah
l berfirman:
”Berbekallah kalian, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa.” (Al-Baqarah: 197)
Hadirin rahimakumullah
Sesungguhnya keutamaan yang besar yang telah Allah l janjikan bagi
orang-orang yang menjalankan kewajiban shalat akan diperoleh apabila
shalat tersebut dilakukan dengan mencontoh tata cara shalat Nabi n.
Yaitu dengan memerhatikan syarat-syarat, rukun-rukun dan kewajiban yang
berkaitan dengan shalat serta sunnah-sunnahnya. Begitu pula dilakukan
dengan penuh khusyuk yang di antara tandanya adalah tenangnya anggota
badan, hadirnya hati, dan memerhatikan serta merasa nikmat ketika
membaca ayat-ayat dan berdoa kepada Allah l. Bahkan khusyuk adalah ruh
shalat. Sehingga Allah l mengaitkan keberuntungan bagi orang-orang yang
shalat apabila dilakukan dengan khusyuk, sehingga orang yang melakukan
shalat tanpa khusyuk tidak termasuk orang-orang yang dijanjikan akan
mendapatkan keberuntungan. Allah l berfirman:
”Sungguh beruntung orang-orang yang beriman. Yaitu orang-orang yang khusyuk di dalam shalatnya.” (Al-Mu`minun: 1-2)
Hadirin rahimakumullah,
Sungguh berbahagialah orang-orang yang mencintai shalat. Yaitu
orang-orang yang merasakan shalat itu sebagai penyejuk matanya. Dan
menjadikannya seakan-akan kenikmatan surga bagi hatinya. Sehingga ketika
menjalankannya, dia merasa berat untuk keluar darinya. Karena ketika
menjalankannya, dia menjadikan shalat sebagai saat beristirahat dari
capainya urusan dunia. Dia merasa telah keluar dari kesempitan kehidupan
dunia yang seakan-akan merupakan penjara bagi dirinya.
Dan sebaliknya, sungguh celakalah orang-orang yang tidak mencintai
dengan sebenar-benarnya kewajiban yang besar ini. Yaitu orang-orang yang
merasa sangat berat untuk menjalankannya. Sehingga dia pun selalu
menjalankannya di akhir waktunya, bahkan mungkin di luar waktu. Ketika
menjalankannya pun tidak memerhatikan rukun-rukunnya dan ingin segera
selesai serta keluar darinya. Itupun ketika dia mengerjakannya dengan
tidak menghadirkan hatinya. Bahkan yang hadir saat itu adalah hal-hal
yang berkaitan dengan dunianya.
Kamis, 11 April 2013
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Cara Cepat Belajar Mengaji Al quran Untuk Pemula [Mudah dan Praktis] November 9, 2017 by Miqdad Nashr Belajar Mengaji – Kitab Al...
-
makalah model pembelajaran kooperatif Makalah Tentang Model Pembelajaran Kooperatif Bab I Pendahuluan A. Lata...
-
Cara Cepat Belajar Mengaji Al quran Untuk Pemula [Mudah dan Praktis] November 9, 2017 by Miqdad Nashr Belajar Mengaji – Kitab Al...
-
Pengertian Drama dan Teater Teater adalah istilah lain dari drama, tetapi dalam pengertian yang lebih luas, teater adalah pros...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar