Jumat, 04 Mei 2012

Proposal prodi mtk contoh az

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Permasalahan yang ada dalam dunia pendidikan formal bertambah dari tahun ke tahun. Salah satu permasalahan utama yang dihadapi bangsa indonesia adalah rendahnya mutu pendidikan formal pada setiap jenjang pendidikan. Usaha telah dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional, antara lain melalui berbagai pelatihan dan peningkatan kompetensi guru, pengadaan buku dan alat pelajaran, perbaikan sarana dan prasarana pendidikan dan peningkatan mutu manajemen sekolah. Namun demikian berbagai indikator mutu pendidikan belum menunjukkan peningkatan yang berarti.
Banyak pihak yang mempertanyakan apa yang salah dalam penyelenggaraan pendidikan kita ? dari berbagai pengamatan dan analisis data ada banyak faktor yang menybabkan mutu pendidikan tidak mengalami peningkatan yang bermakna, salah satunya yaitu pendekatan yang digunakan di dalam kelas belum mampu menciptakan kondisi optimal bagi berlangsungnya pembelajaran. Selama ini pendekatan yang digunakan adalah pendekatan input-output analisis, yaitu pendekatan yang menganggap bahwa apabila input pendidikan seperti pelatihan guru, pengadaan buku dan alat pelajaran, perbaikan sarana dan prasarana pendidikan lainnya dipenuhi maka mutu pendidikan secara otomatis akan terjadi. Dalam kenyataan mutu pendidikan yang diharapkan tidak terjadi. Mengapa? karena selama ini pendekatan terlalu memusatkan pada input pendidikan dan kurang memperhatikan proses pendidikan padahal proses pendidikan sangat menentukan output pendidikan.
Proses pendidikan tidak terlepas dari kegiatan belajar mengajar di kelas. Kegiatan belajar mengajar sangat ditentukan oleh kerjasama antara guru dan siswa. Guru dituntut untuk mampu menyajikan materi pelajaran dengan optimum. Olehnya itu diperlukan kreatifitas dan gagasan yang baru untuk mengembangkan cara penyajian materi pelajaran di sekolah. Kreativitas yang dimaksud adalah kemampuan seorang guru dalam memilih metode, pendekatan, dan media yang tepat dalam penyajian materi pelajaran.
Namun kenyataan menunjukkan bahwa sampai saat ini masih banyak guru yang menggunakan pendekatan tradisional dalam pembelajaran matematika sehingga siswa belum terarahkan untuk memahami sendiri konsep-konsep matematika yang sedang dipelajari. Pendekatan tradisional tersebut belum mampu mengembangkan kemampuan kognitif (penalaran), afektif (sikap), dan psikomotorik (keterampilan) seperti yang digariskan dalam GBPP. Dengan demikian siswa hanya cenderung menghafalkan konsep-konsep matematika yang dipelajarinya tanpa memahami dengan benar. Akibatnya penguasaan terhadap konsep-konsep matematika siswa menjadi sangat kurang. Selain itu guru sebagai pemberi informasi cenderung mendominasi kegiatan pembelajaran di kelas sehingga tidak terjadi hubungan timbal balik antar guru dan siswa yang berimplikasi terhadap kualitas pembelajaran dalam proses belajar mengajar matematika.
Berdasarkan hasil observasi penulis di kelas IX SMP Negeri 1 Bone-Bone, kondisi pembelajaran seperti yang digambarkan di atas masih sering terjadi. Siswa masih kurang aktif dalam proses belajar mengajar, hal ini mengakibatkan  hasil belajar matematika siswa tergolong rendah.
Dari uraian di atas, maka salah satu upaya yang dianggap dapat memecahkan masalah tersebut adalah dengan menggunakan pendekatan keterampilan proses sebagai satu strategi yang diharapkan melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran matematika. Oleh karena itu perlu diamati dengan penerapan langsung di lapangan. Untuk menyelidiki hal tersebut peneliti mencoba mengadakan penelitian dengan judul “Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Melalui Pendekatan Keterampilan Proses Pada Siswa Kelas IX SMP Negeri 1 Bone-Bone”.
Identifikasi Masalah
Masih banyak guru yang menggunakan pendekatan tradisional dalam pembelajaran matematika, sehingga siswa belum terarahkan untuk memahami sendiri konsep-konsep matematika yang sedang dipelajari. Pendekatan tersebut hanya mengembangkan kemampuan siswa untuk menghafal konsep matematika, belum mampu mengembangkan kemampuan kognitif (penalaran), afektif (sikap), dan psikomotorik (keterampilan) seperti yang digariskan dalam GBPP. Dengan demikian siswa hanya cenderung menghafalkan konsep-konsep matematika yang dipelajarinya tanpa memahami dengan benar. Hal ini mengakibatkan penguasaan siswa terhadap konsep-konsep matematika yang dipelajarinya menjadi kurang. Oleh karena itu diperlukan pendekatan pembelajaran yang lebih sesuai yaitu pendekatan keterampilan proses. Pendekatan keterampilan proses dapat diartikan sebagai suatu pendekatan belajar yang memberi kesempatan kepada siswa untuk terlibat secara aktif dalam proses menemukan konsep-konsep atau prinsip-prinsip matematika yang dipelajari.
  1. A. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas maka permasalahan yang menjadi perhatian dalam penelitian ini adalah apakah hasil belajar matematika siswa kelas IX SMP Negeri 1 Bone-Bone dapat ditingkatkan melalui pembelajaran matematika dengan pendekatan keterampilan proses ?
Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan :
  1. Meningkatkan aktifitas keterampilan proses melalui pendekatan keterampilan proses siswa kelas IX SMP Negeri 1 Bone-Bone.
  2. Meningkatkan hasil belajar matematika keterampilan proses melalui pendekatan keterampilan proses siswa kelas IX SMP Negeri 1 Bone-Bone.
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat begi :
  1. Siswa.  Sebagai bahan masukan bagi siswa untuk mengevaluasi diri dan memberikan kesempatan berkembangnya keterampilan memproseskan perolehan belajarnya.
  2. Guru.  Khususnya guru matematika sebagai bahan pertimbangan dalam mengelola dan merancang proses belajar mengajar.
  3. Mahasiswa. Dapat menjadi motivator bagi mahasiswa lain untuk mengembangkan peneliti lebih lias sehingga dapat bermanfaat bagi pengembangan pembelajaran             matematika di sekolah.
  4. Peneliti. Untuk mendapatkan gambaran yang jelas akan fakta dilapangan terutama yang    berkaitan dengan penerapan strategi belajar mengajar yang menggunakan        pendekatan keterampilan proses.
KAJIAN TEORETIK DAN HIPOTESIS TINDAKAN
Kajian Teoretik
Hakekat Matematika
@ Definisi matematika
Sampai sekarang ini belim ada kesepakatan yang bulat diantara para matematikawan tentang definisi matematika. Sasaran penelahan matematika tidak bersifat konkrit, tetapi bersifat abstrak. Matematika tidak hanya berhubungan dengan bilangan-bilangan serta operasinya melainkan juga unsur ruang sebagai sasarannya.
Matematika sebagai ilmu tentang struktur memerlukan penggunaan simbol-simbol dan hubungan, maka matematika memerlukan kemampuan memanipulasi aturan-aturan dengan operasi yang disepakati. Simbolisasi ini memungkinkan adanya komunikasi dan mampu memberikan keterangan untuk menyatakan suatu konsep baru. Penelaahan struktur-struktur sangat diperlukan untuk manyatakan suatu konsep dalam matematika harus dilakukan lebih dahulu sebelum pemanipulasian simbol-simbol.
Hudoyo (1990:4) berpendapat bahwa matematika berkenaan dengan ide-ide atau konsep-konsep abstrak yang tersusun secara hierarki dari penalaran deduktif. Matematika tersusun secara hierarkis dan saling berkaitan erat satu sama lain. Dalam belajar matematika harus bertahap dan berurutan secara sistematis serta harus didasarkan pada pengalaman belajar sebelumnya. Seseorang akan mampu mempelajari matematika yang baru apabila didasarkan kepada pengetahuan yang telah dipelajari. Pengajaran yang lalu akan mempengaruhi proses belajar materi matematika berikutnya yang tersusun secara heirarkis.
Matematika memiliki peran deduktif yang berkenaan dengan ide-ide yang abstrak dan simbol-simbol yang tersusun secara hierarkis serta aksiomatik, sehingga dalam belajar matematika memerlukan sesuatu aktifitas mental untuk memahami arti berbagai struktur, hubungan dan simbol. Kemudian menerapkan pada situasi lain, sehingga terjadi pengetahuan dan keterampilan.
@ Karakteristik Matematika
Setelah menralami tentang definisi, maka dapat terlihat adanya ciri-ciri khusus atau karakteristik yang dapat merangkum pengetian secara umum.
Beberapa karakteristik itu adalah :
  1. Memiliki objek abstrak. Dalam matematika obyek dasar yang dipelajari adalah abstrak, sering juga disebut obyek mental. Obyek-obyek itu meliputi obyek pikiran yang meliputi fakta-fakta, konsep, operasi ataupun relasi dan prinsip. Dari obyek dasar itulah dapat disusun suatu pola dan struktur matematika.
  2. Bertumpu pada kesepakatan. Dalam matematika kesepakatan yang amat mendasar adalah aksioma dan prinsip primitif. Aksioma diperlukan untuk menghindari kekeliruan dalam pendefinisian dimana konsep primitif itu tidak perlu didefenisikan.
  3. Berpola pikir deduktif.  Dalam matematika sebagai ilmu hanya menerima pola pikir deduktif. Pola pikir secara deduktif secara sederhana dapat dikatakan pemikiran yang pangkal dari hala bersifat umum diterapkan atau diarahkan kepada hal yang bersifat khusus.
  4. Memiliki simbol yang kosong dari arti. Dalam matematika terlihat banyak sekali simbol yang digunakan, baik berupa huruf ataupun bukan huruf. Rankaian simbol-simbol dalam matematika dapat membentuk suatu model dalam matematika. Makna huruf dan tanda dalam model itu bergantung dari permasalahan yang mengakibatkan terbentuknya model tersebut. Kosongnya arti simbol maupun tanda dalam model-model matematika itu justru memungkinkan interfensi ke ralam berbagai ilmu pengetahuan.
  5. Memperhatikan semesta pembicaraan. Sehubungan dengan kosongnya pengertian tentang arti dari simbol-simbol dalam matematika di atas, menunjukkan dengan jelas bahwa dalam menggunakan matematika diperlukan kejelasan dalam lingkup apa model itu dipakai. Lingkup pembicaraan itulah yang disebut semesta pembicaraan. Benar atau salah ataupun ada tidaknya penyelesaian suatu model matematika sangat ditentukan oleh semesta pembicaranya.
  6. Konsisten dalam sistemnya. Dalam matematika terdapat banyak sistem. Adanya sistem yang mempunyai kaitan satu sama lain, tetapi ada juga sistem yang dapat dipandang terlepas satu sama lain. Dari masing-masing sistem tersebut berlaku konsisten. Ini dapat pula dikatakan bahwa dalam setiap sistem dan strukturnya tidak boleh terdapat kontradiksi.
Pengertian Belajar dan Belajar Matematika
@ Pengertian belajar
Belajar merupakan kegiatan bagi setiap orang. Pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, kegemaran dan sikap seseorang terbentuk, dimodifikasi dan berkembang disebabkan belajar. Karena itu, seseorang dikatakan belajar, bila dapat diasumsikan dan diri orang itu terjadi suatu proses kegiatan yang mengakibatkan suatu proses kegiatan yang mengakibatkan suatu perubahan tingkah laku.
Uzer dalam Darmin (2003:6) mengemukakan bahwa “belajar dapat diartikan sebagai perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi antara individu dengan individu dan individu dengan lingkungannya”.
Sedangkan Slameto (1991:2)  mengemukakan bahwa :
“Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengamatan individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya ”.
Kemudian Sudjana (1997:25) memberikan pengertian bahwa :
“Belajar adalah proses aktif, belajar adalah perubahan tingkah laku terhadap           semua situasi yang ada disekitar individu. Belajar adalah proses yang diarahkan             kepada tujuan yang melalui berbagai pengalaman seperti proses melihat, mengamati, dan memahami sesuatu ”.
Sejalan dengan itu, ahli belajar modern mengemukakan dan merumuskan perbuatan belajar adalah sebagai suatu bentuk pertumbuhan atau perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku yang baru berkat pengalaman dan latihan (Hamalik 1993 :10).
Dari beberapa defenisi belajar yang telah dikemukakan di atas maka peneliti berkesimpulan bahwa belajar itu adalah salah satu kegiatan atau aktifitas manusia yang merupakan proses usaha yang aktif untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru, baik melalui berbagai pengalaman maupun kegiatan aktifitas yang terarah. Pengalaman belajar yang dimaksud dapat berupa proses melihat, mengamati, dan memahami sesuatu. Sedangkan belajar melalui atau aktifitas yang terarah dapat berupa mempertimbangkan dan menghubungkan dengan pengalaman masa lampau yang diaplikasikan dalam bentuk latihan.
@ Belajar matematika
Berkaitan dengan definisi matematika tersebut Ruseffendi (1998: 260) menyatakan bahwa “Matematika timbul karena pikiran-pikiran manusia yang berhubungan dengan ide, proses, dan penalaran”.
James dalam Suherman (2001:16) menyatakan bahwa :
“Matematika adalah konsep ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan,            besaran dan konsep-konsep yang berhubungan satu dengan yang lainnya dengan jumlah yang banyak yang terjadi ke dalam tiga bidang yaitu : aljabar, analisis, dan geometri”.
Masih banyak lagi definisi tentang matematika. Dari definisi-definisi tersebut setidaknya dapat memberi gambaran tentang pengertian matematika. Semua definisi tersebut dapat diterima, karena memang matematika dapat ditinjau dari berbagai sudut pandang dan matematika itu sendiri dapat memasuki seluruh segi kehidupan manusia mulai dari yang paling sederhana sampai kepada yang lebih kompleks.
Dalam pembelajaran, matematika harus secara bertahap, berurutan serta berdasarkan kepada pengalaman yang telah ada sebelumnya. Hal ini sejalan dengan pendapat Dienes dalam Muhkal (1999: 92) yang menyatakan bahwa “Belajar metematika melibatkan suatu struktur hierarki dari konsep-konsep tingkat lebih tinggi yang dibentuk atas dasar apa yang telah terbentuk sebelumnya”.
Pendapat lain dikemukakan oleh Bruner dalam Hudoyo (1990 :48) yaitu “Belajar matematika adalah belajar tentang konsep-konsep dan struktur matematika yang terdapat dalam materi yang dipelajari serta mencari hubungan-hubungan antara konsep-konsep dan struktur-struktur matematika itu”.
Dari beberapa pengertian belajar di atas dapat disimpulkan bahwa belajar dalam konteks matematika adalah suatu konsep aktif yang sengaja dilakukan untuk memperoleh pengetahuan baru yang memanipulasi simbol-simbol dalam struktur matematika sehingga terjadi perubahan tingkah laku.
Hasil Belajar Matematika
Hasil belajar merupakan indikator keberhasilan yang dicapai siswa dalam usaha belajarnya. Hasil belajar adalah istilah yang digunakan untuk menyatakan tingkat keberhasilan yang dicapai seseorang setelah melalui proses belajar.
Hudoyo (1990 : 139) memberikan batasan bahwa :
“Hasil belajar adalah proses berpikir untuk menyusun hubungan-hubungan antara   bagian-bagian informasi yang telah diperoleh sebagai pengertian-pengertian. Karena itu orang menjadi memahami dan menguasai hubungan-hubungan tersebut  sehungga orang itu dapat menampilkan pemahaman dan penguasaan bahan     pelajaran yang dipelajari”.
Pendapat lain dikemukakan Sudjana (1997 : 10) yaitu hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Sementara itu Sudjana membagi tiga macam hasil belajar yaitu :
  1. Keterampilan dan kebiasaan
  2. Pengetahuan dan pengertian
  3. Sikap dan cita-cita
Selanjutnya mengenai bahan yang telah ditetapkan dalam kurikulum, bahan tersebut dapat diajarkan menurut jenis hasil belajar yang ingin dicapai.
Sedangkan Gagne dalam Sudjana (1997 : 12) membagi 5 kategori hasil belajar yaitu :
  1. Informasi verbal
  2. Keterampilan intelektual
  3. Strategi kognitif
  4. Sikap
  5. Keterampilan motoris
Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikulum maupun tujuan instruksional menggunakan klarifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom Dalam Sudjana (1997 : 13) yang secara garis besar dibagi menjadi tiga ranah, yaitu :
  1. Ranah kognitif
  2. Ranah afektif
  3. Ranah psikomotorik
Ketiga ranah tersebut menjadi objek penilaian hasil belajar. Hasil belajar matematika dapat diukur langsung dengan menggunakan tes hasil belajar
Pendekatan Keterampilan  Proses
Didalam kurikulum 1984, keterampilan proses didefinisikan sebagai suatu pendekatan mengajar yang memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada siswa untuk terlibat aktif dalam proses belajar mengajar sehingga kesempatan untuk mengembangkan diri dan percaya diri dapat ditingkatkan. Dalam pendekatan seperti ini diharapkan konsep, hukum, teori dapat dirumuskan dan didefenisikan sendiri melalui proses yang dilakukannya.
Pada petunjuk pelaksanaan prosese balajar mengajar dijelaskan pula bahwa yang dimaksud dengan keterampilan proses adalah keterampilan siswa untuk mengelola perolehan belajarnya yang didapat melalui proses belajar mengajar yang memberikan kesempatan lebih luas kepada siswa untuk mengamati, menggolongkan, meramalkan, menerapkan, merencanakan, dan mengkomonikasikannya. Pada dasarnya keterampilan fisik dan mental serta pengembangan keterampilan proses telah dimiliki pula oleh anak meskipun dalam wujud potensi atau kemampuan yang masih rendah, kemampuan yang masih perlu dituntut untuk diwujudkan.
Suryo Subroto (1995 : 75) mengemukakan bahwa dengan mengembangkan keterampilan-keterampilan memproseskan pendekatan belajar, anak akan mampu menemukan dan mengembangkan sikap dan nilan yang dituntut seluruh irama gerak atau tindakan dalam prosese balajar mengajar sejati menciptakan kondisi cara belajar siswa aktif. Dengan demikian, melalui pendekatan keterampilan proses itu diterapkan sentuhan untuk mengaktifkan anak didik belajar untuk mempelajari sesuatu mewujudkan suatu minat yang akhirnya mengarah kepada suatu keterlibatan yang dilandasi rasa tanggung jawab didalam menghadapi dan mangatasi masalah-masalah dalam belajar.
Sementara itu proses belajar mengajar hendaknya selalu mengikutkan siswa secara aktif guna mengembangkan kemampuan-kemampuan siswa antara lain kemampuan mengamati, menginterpretasikan, meramalkan, mengaplikasikan konsep, merencanakan dan melaksanakan penelitian, serta mengkomunikasikan hasil penemuannya.
Hal ini sejalan dengan tujuan pendekatan keterampilan proses itu sendiri yang meliputi :
  1. Memberikan motivasi .belajar kepada siswa karena dalam keterampilan proses siswa dipacu untuk senantiasa bepartisipasi aktif dalam belajar
  2. Untuk lebih memperdalam konsep pengertiandan fakta yang dipelajari siswa karena hakekatnya siswa sendirilah yang mencari dan menemukan konsep tersebut
  3. Untuk mengembangkan pengetahuan atau teori dengan kenyataan hidup dalam masyarakat sehingga antara teori dan kenyataan hidup akan serasi
  4. Sebagai persiapan dan latihan dalam menghadapi hidup didalam masyarakat sebab siswa telah dilatih untuk berpikir logis dalam memecahkan masalah
  5. Mengembangkan sikap percaya diri, bertanggung jawab dan rasa kesetiakawanan sosial dalam menghadapi berbagai masalah.
Pada dasarnya keterampilan proses ini dilaksanakan dengan menekankan pada begaimana siswa belajar, begaimana siswa mengolah problemnya sehingga menjadi miliknya. Yang dimaksud dengan perolehan itu adalah hasil belajar siswa yang diperoleh dari pengalaman dan pengamatan lingkungan yang diolah menjadi suatu konsep yang diperoleh dengan jalan belajar secara aktif melalui keterampilan proses. Keterampilan proses dan ciri-cirinya oleh Sriyono (1988 : 36) disajikan dalam tabel 1.1 berikut :
No Keterampilan Proses Indikator Komponen operasional
1 Mengamati dengan panca indera Mengumpulkann fakta yang relefan, menggunakan sebanyak mungkin indera. Merasakan, meraba, membau, mencicipi, mengecap
2 Mengajukan pertanyaan Bertanya untuk menerima kejelasan Bertanya mengapa, apa atau bagaimana
3 Menghitung Berhitung, hasil perhitungan dapat dikomunikasikan dengan tabel, grafik atau hitogram. Hitunglah
4 Menggambar Menggambar Menggambar
5 Berkomunikasi Menyusun dan menyampaikan informasi secara sistematis, menjelaskan hasil, mendiskusikan hasil. Berdiskusi, berdeklamasi, bertanya, memperagakan, mengekspresikan dan melaporkan dalam bentuk lisan, tulisan, gambar penampilan dan gerak.
6 Mengukur Mengukur dengan alat ukur baku. Mengukur
7 Klasifikasi Memasukan kedalam golongan atau kelompok berdasarkan patokan tertentu. Mengelompokkan, menggolongkan, membandingkan, mengontraskan.
8 Prediksi Dengan menggunakan pola-pola (hubungan-hubungan) mengemukakan apa yang mungkin terjadi pada keadaan yang belum diamati. Meramalkan, menafsirkan berdasarkan kecenderungan pola yang telah dimiliki melalui hubungan pola atau fakta untuk diterapkan pada suatu yang baru.
9 Menyimpulkan Memberi arti inferensi Menyimpulkan, menginterpretasikan.
10 Menerapkan konsep Menggunakan konsep-konsep yang telah depelajari dalam situasi baru. Menggunakan, menerapkan konsep dalam situasi yang baru.
Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teoretik yang telah diuraikan diatas, maka diajukan hipotesis tindakan sebagai berikut “Bila Diterapkan Pendekatan Keterampilan Proses dalam Pembelajaran Matematika, maka Hasil Belajar Matematika siswa kelas IX SMP Negeri 1 Bone-Bone dapat meningkat ”.
METODE  PENELITIAN
Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (Classroom action research), yang dibagi dalam dua siklus dengan empat tahapan, yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi yang dilakukan secara berulang.
Subyek Penelitian
Subyek penelitian ini adalah siswa kelas IX SMPN 1 Bone-Bone tahun pelajaran 2010/2011.
Faktor Yang Diselidiki
  1. Faktor hasil belajar, yaitu perilaku-perilaku belajar siswa yang mencakup keaktifan, kehadiran, serta penguasaan siswa tentang hasil belajar matematika siswa yang dapat melalui pembelajaran dengan penerapan keterampilan proses termasuk dalam kategori rendah, sedang, dan tinggi.
  2. Faktor siswa, yaitu melihat kemampuan dalammenyelesaikan masalah soal matematika dalam pembelajaran dengan metode pendekatan keterampilan proses.
  3. faktor sumber pelajaran, yaitu untuk melihat sumber atau bahan pelajaran dan soal-soal latihan yang diberikan sudah sesuai dengan tujuan yang akan dicapai.
Prosedur Kerja Penelitian
Pelaksanaan penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus yaitu siklus 1 (berlangsung selama tiga minggu) dan siklus II (berlangsung selama tiga minggu). Tiap  siklus dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang ingin dicapai. Untuk itu setiap akhir siklus diberikan tes untuk melihat sejauh mana peningkatan kemampuan siswa.
Secara rinci, prosedur penelitian yang dilakukan dalam pelaksanaan penelitian dijabarkan sebagai berikut :
SIKLUS I
Perencanaan
Adapun kegiatan yang dilaksanakan dalam tahap perencanaan adalah :
  1. Menelaah materi pelajaran matematika SMP
  2. Membuat skenario pembelajaran
  3. Membuat lembar observasi untuk melihat kondisi proses belajar mengajar berlangsung di kelas ketika pendekatan keterampilan proses diaplikasikan
  4. Melaksanakan tes akhir untuk melihat perkembangan siswa setelah menerapkan pendekatan keterampilan proses
Melaksanakan Tindakan
Kegiatan awal
Guru mengawali pertemuan dengan mengecek kehasiran siswa. Selanjutnya guru menyampaikan tujuan pembelajaran. Guru memberi motivasi kepada siswa tentang pentingnya materi yang akan disajikan.
Kegiatan inti
Pengembangan
Guru mengawali kegiatan dengan mengajukan masalah keterampilan proses. Jika pengetahuan materi siswa belum cukup untuk menjawab masalah tersebut, maka guru membimbing siswa kearah jawaban yang benar atau menjelaskan materi yang belum dipahami siswa. Guru memberikan pekerjaan kepada siswa aecara berkeliling. Kemudian guru memberikan pertanyaan lanjutan lalu mendorong siswa untuk membuat kesimpulan dari jawaban yang bervariasi, sampai kepada kesimpulan yang diinginkan. Guru selalu memantau belajar siswa, untuk mengetahui apakan materi yang diinginkan sudah dipahami, siswa diberi kesempatan untuk bertanya dan meminta penjelasan guru.
Penerapan
Untuk memantapkan pemahaman siswa tentang sub pokok bahasan, maka siswa diarahkan untuk mengerjakan soal latihan. Lalu guru maminta salah seorang siswa mengerjakan di papan tulis, agae siswa yang belum paham depat tertolong dan termotivasi untuk belajar. Penugasan kepada siswa untuk menyelesaikan soal di papan tulis, dilakukan secara bergantian sehingga setiap siswa mempunyai kesempatan yang sama untuk mendapatkan tugas.
Kegiatan akhir
Review
Guru membahas ulang secara singkat pembelajaran yang dilakukan,  kemudian  siswa dibimbing untuk membuat rangkuman.
Penugasan pekerjaan rumah
Guru menugaskan siswa untuk mengerjakan soal-soal pada buku paket masing-masing secara individu.
Penilaian
Jenis tagihan adalah tugas individu, disamping itu guru juga menilai aktifitas siswa selama pembelajaran berlangsung untuk memantau peningkata minat siswa dalam belajar, untuk mengetahui hasil belajar siswa pada siklus 1 dengan penerapan keterampilan proses.
Observasi
Observasi dilakukan terhadap pelaksanaan tindakan dengan menggunakan lembar observasi yang telah disiapkan. Semua kejadian dicatat oleh peneliti.
Refleksi
Pada akhir siklus diadakan refleksi terhadap hal-hal yang diperoleh baik dari hasil observasi dan evaluasi dikumpul kemudian dianalisis. Kekurangan-kekurangan yang telah terjadi pada siklus 1 diperbaiki pada siklus berikutnya.
SIKLUS II
Langkah-langkah yang dilakukan dalam siklus II ini relatif sama dengan perencanaan memperhatikan dengan kenyataan yang ditemukan dilapangan.
Perencanaan
Kegiatan dilakukan pada tahap perencanaan secara umum sama dengan siklus I dengan memperhatikan kesulitan yang dialami pada siklus I.
Pelaksanaan tindakan
Pelaksanaan tindakan pada siklus II ini pada dasarnya sama dengan pelaksanaan tindakan pada siklus I dengan memperhatikan kesulitan yang dialami siswa pada siklus I serta guru melakukan pembenahan dalam penyajian materi dan pelaksanaan tindakan sehingga siswa lebih akrif dan termotivasi dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar.
Observasi
Pada dasarnya observasi pada siklus II sama dengan observasi yang dilakukan sebelumnya. Peneliti mencatat temuan dan perubahan yang terjadi pada siswa, serta melaksanakan evaluasi yaitu berupa tes hasil belajar pada akhir siklus, untuk mengetahui hasil belajar siswa pada siklus II ini.
Refleksi
Data  yang diperoleh pada tahap obsevasi dikumpul dan dianalisis, demikian pula untuk hasil evaluasinya.
Teknik Pengumpilan Data
Teknik pengumpulan data yang akan dilakukan adalah sebagai bewrikut :
  1. Data hasil belajar diambil dengan memberikan tes kepada siswa
  2. Data tentsng situasi belajar pada saat dilaksanakannya tindakan diambil dengan observasi.
Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis perilaku siswa kelas IX SMP Negeri 1 Bone-Bone selama proses belajar mengajar berlangsung. Sedangkan analisis kuantitatif digunakan untuk menganalisis hasil belajar matematika siswa melalui pembelajaran dengan pendekatan keterampilan proses.
Penelitian yang digunakan untuk menentukan kategori adalah berdasarkan teknik kategori yang sitetapkan departemen pendidikan dan kebudayaan dikutip oleh Wahyuna (2004 : 23) adalah sebagai berikut :
No Nilai Kategori
1 2..
3.
4.
5.
8,5 – 10,00 6,6 – 8,4
5,5 – 5,4
3,5 – 5,4
0 – 3,4
Sangat tinggi Tinggi
Sedang
Rendah
Sangat tendah
Indikator Kerja
Yang menjadi indikator keberhasilan penelitian tindakan kelas ini adalah apabila terjadi peningkatan skor rata-rata hasil belajar matematika siswa kelas IX SMP Negeri 1 Bone-Bone setelah menerapkan pembelajaran dengan metosde pendekatan keterampilan proses.
DAFTAR PUSTAKA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cara Cepat Belajar Mengaji Al quran Untuk Pemula [Mudah dan Praktis] November 9, 2017   by  Miqdad Nashr Belajar Mengaji  – Kitab Al...