Senin, 14 April 2014

Cara Budidaya Belut Dalam Tong

Cara Budidaya Belut Dalam Tong - Pada tulisan terdahulu sudah dibahas tentang cara budidaya ikan lele di ini. Untuk melanjutkan tulisan tersebut, maka kali ini kembali akan dipublikasikan mengenai cara budidaya belut. Adapun budidaya belut pada kesempatan ini yang dibahas adalah budidaya belut dalam tong.

Cara Budidaya Belut

Pembahasan mengenai cara budidaya belut dalam tong akan dimulai dari persiapan awal hingga masa panen tiba. Tentu dalam hal ini lahan yang tersedia juga sangat dibutuhkan meski tidak membutuhkan lahan yang luas.

Bagaimana cara budidaya belut ini secara lengkapnya, maka berikut bisa teman-teman ketahui secara detail yang disajikan oleh blog Karo Cyber untuk Anda.

1. Perlengkapan


Hal yang paling utama dan pertama sekali yang harus dipersiapkan dalam budidaya belut didalam tong adalah peralatan-peralatan sebagai berikut:
  • Tong atau Drum, disarankan yang terbuat dari bahan plastik agar tidak berkarat.
  • Paralon
  • Kawat Kasa
  • Tandon sebagai penampung air
  • Ember, cangkul, baskom dan juga jerigen.
2. Persiapan dan Teknik Budidaya Belut

Persiapan dan teknik budidaya belut perlu diketahui agar kelak mendapatkan hasil yang maksimal. Disini hal yang perlu diperhatikan adalah media pemeliharaan sebagai tempat berkembang biak atau media tempat membesarkan belut. Dalam hal ini yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut:

A. Drum atau Tong
Drum yang digunakan untuk budidaya belut harus yang tidak bocor dan juga tidak berkarat. Bila drum yang digunakan terbuat dari besi atau kaleng, maka sebaliknya drum tersebut sebaiknya dibersihkan terlebih dahulu dari karat dan lakukan pengecetan ulang dan diamkan sampai kering hingga tidak berbau cat lagi.

Cara mempersiapkan drum atau tong sebagai media budidaya belut dilakukan dengan tahapan-tahapan sebagai berikut ini:
  • Letakkanlah tong pada posisi tanah yang datar. Hal ini dilakukan agar media menjadi lebih luas.
  • Buka bagian tengan drum dan sisakan 5 cm pada bagian sisi kiri dan kanan.
  • Pasang alat sebagai penganjal agar drum tidak menggelinding dan bergerak.
  • Buat saluran pembuangan dibawah tong. Letak saluran pembuangan ini dapat disesuaikan dengan penampungan limbah pembuangan.
  • Buah peneduh tong, sehingga intensitas panas matahari tidak terlalu tinggi dan mengenai langsung ke permukaan drum. Bahan ini dapat dibuat dengan net atau waring dan bisa juga dibuat dengan bahan-bahan yang lebih sederhana lainnya.
B. Media Tanah

Media tanah yang digunakan adalah tanah yang tidak berpasir dan juga tanah yang tidak terlalu liat dan memiliki kandungan hara yang cukup. Dalam hal ini disarankan untuk menggunakan media tanah yang diambil dari sawah. Pematangan media tanah dapat dilakukan dengan tahapan-tahapan sebagai berikut:
  • Masukkan tanah kedalam tong hingga ketinggian 30-40 cm
  • Masukkan air hingga tanah becek namun tidak menggenang.
  • Masukkan EM 4 sebanyak 4 botol kedalam tong.
  • Aduk tanah sebanyak 2 kali sehari hingga tanah menjadi lembut dan gembur.
Perlu diketahui bahwa perlakuan diatas tidak berlaku untuk bahan baku tanah yang diambil dari sawah.

C. Media Instan Bokashi

Media ini dibuat diluar tong yang merupakan campuran dari bahan utama dan bahan campuran. Penggunaan 100 kilo bahan akan menghasilkan 90 kilo media instan bokashi. Untuk setiap tong ukuran 200 liter membutuhkan 40 kilo bokashi. Dalam pembuatan bokashi dibutuhkan bahan-bahan utama sebagai berikut:
  • Jerami padi (40 persen)
  • Pupuk Kandang (30 persen)
  • Bekatul (20 persen)
  • Potongan batang pisang (10 persen)
Bahan dan campurannya terdiri atas
  • EM4
  • Air Sumur
  • Larutan 250 gram gula pasir untuk menghasilkan 1 liter larutan molases.
Cara pembuatan media instan bokashi dilakukan sebagai berikut:
  • Cacah jerami dan potongan batang pisang dan kemudian dikeringkan terlebih dahulu. Tanda bahan yang sudah kering adalah hancur ketika digenggam.
  • Campurkan bahan cacahan diatas dengan bahan pokok lainnya dan aduk hingga merata.
  • Campurkanlah bahan ini sedikit demi sedikit tetapi jangan terlalu basah.
  • Tutup media dengan karung goni atau terpal selama 4-7 hari. Bolak balik campuran agar tidak membusuk.
D. Mencampur Media Tanah dan Media Bokashi

Untuk mencapur media tanah dan media bokashi dapat dilakukan dengan tahapan-tahapan sebagai berikut:
  • Masukkan media Bokashi kedalam tong dan aduk hingga merata.
  • Masukkan air kedalam tong hingga ketinggian 5 cm dan diamkanlah hingga terdapat plankton atau cacing (sekitar 1 minggu) selama proses ini berlangsung tong tidak perlu ditutup.
  • Keluarkan air dari tong dan ganti dengan air baru dengan ketinggian yang sama.
  • Masukkkan tumbuhan air yang tidak terlalu besar sebanyak 3/4 bagian dan ikan-ikan kecil.
  • Masukkan vetsin secukupnya sebagai perangsang nafsu makan belut dan diamkan selama 2 hari.
Dalam hal ini yang perlu diperhatikan adalah ketinggian seluruh media, kecuali media tumbuhan air tidak lebih dari 50 cm.

E. Masukkan bibit belut

Setelah seluruh media budidaya diatas dipersiapkan, maka tahapan selanjutnya adalah menebarkan bibit belut. Bibit yang ditebar sebaiknya sebanyak 2 kg atau dengan jumlah bibit sebanyak 160-200 ekor.

3. Perawatan

Perawatan belut yang dibudidayakan didalam tong relatif lebih mudah karena pemantauan budidaya juga relatif kecil. Tetapi demikian perawatan harus tetapi diperhatikan, diantaranya adalah:

a. Pemberian Pakan
Sebenarnya tidak ada aturan baku tentang volume pemberian pakan. Tetapi sebaiknya pakan diberikan 5 persen dari jumlah bibit yang ditebarkan. Pakan yang diberikan sebaiknya terdiri dari cacing, kecebong, ikan-ikan kecil, dan cacahan keong mas atau bekicot. Pemberian pakan diberikan pada hari ke-3 setelah bibit ditebar didalam tong. Pemberian pakan sebaiknya dilakukan pada sore hari seperti kebiasaan belut makan dialam bebas, yaitu sore dan malah hari.

b. Pengaturan Air
Pengaturan air sangat diperlukan untuk membuang sisa makanan agar tidak menumpuk dan menimbulkan penyakit bagi belut. Pengaturan air ini dapat dilakukan dengan cara mengalirkan air bersih kedalam tong. Sebaiknya air yang masuk berupa percikan air, dan hal ini sangat cocok dilakukan dengan menggunakan pipa paralon sebagai media aliran. Sementara untuk saluran pembuangan dapat dilakukan dengan membuat lobang pada tong di ketinggian 8 cm dari genangan air pada media. Selain itu untuk mengatur pembuangan sisa kotoran percikan air juga sangat bermanfaat untuk menambah oksigen.

c. Perawatan Tanaman Air

Tanaman air ini juga digunakan sebagai penjaga kelembaban tempat budidaya dan juga menjaga belut dari kepanasan.

d. Pemberian EM4
EM4 berfungsi untuk menetralisir sisa-sisa pakan. Selain itu juga berfungsi untuk mengurangi bau. EM4 diberikan 2-3 kali sehari dengan dosis 1/2 sendok makan yang terlebih dilarutkan dalam 1 liter air.

e. Perawatan Disekitar Lokasi

Perawatan di sekitar lokasi ini dilakukan untuk menjaga tong dari tanaman liar, lumut, dan hama maupun predator pemangsa seperti ayam.

4. Pemanenan

Pemanenan belut sudah dapat dilakukan setelah 3–4 bulan masa budidaya dilakukan atau sesuai dengan keinginan kita dan keinginan (permintaan) pasar. Pemanenan untuk media drum / tong tentunya lebih mudah , dan belut hasil budidaya siap dipasarkan.

Jumat, 11 April 2014

Makalah Profesi Keguruan "GURU sebagai Agen Pembelajaran

BAB I
PENDAHULUAN
Ø    Latar Belakang
“Bangsa yang maju adalah bangsa yang baik pendidikannya; bangsa yang jelek pendidikannya tidak akan pernah menjadi bangsa yang maju”. ---Presiden Susilo Bambang Yudhoyono--- Salah satu komponen penting dalam upaya meningkatkaan mutu pendidikan nasional adalah adanya guru yang berkualitas, profesional dan berpengetahuan. Guru, tidak hanya sebagai pengajar, namun guru juga mendidik, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik. Dalam menjalankan tugasnya sebagai agen pembelajaran. Guru yang profesional adalah guru yang menguasai materi pembelajaran, menguasai kelas dan mengendalikan perilaku anak didik, menjadi teladan, membangun kebersamaan, menghidupkan suasana belajar dan menjadi manusia pembelajar (learning person). Selain sebagai sebuah profesi, seorang guru adalah fasilitator, motivator, inspirator dan inovator dalam transformasi pembelajaran pada anak didik.
Ø    Rumusan Masalah
Bagaimana ciri-ciri guru yang baik dan bagaimana pula yang dimaksud dengan guru sebagai agen pembelajaran.
 BAB II
PEMBAHASAN
GURU SEBAGAI AGEN PEMBELAJARAN
Dalam Standar Nasional Pendidikan (SNP) Pasal 28, dikemukakan bahwa: “Pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.”[1] Selanjutnya dalam penjelasannya dikemukakan bahwa : “yang dimaksud dengan pendidik sebagai agen pembelajaran (learning agent) adalah peran pendidik antara lain sebagai fasilitator, motivator, pemacu dan pemberi inspirasi belajar bagi peserta didik”.
            Sukar untuk menentukan sebenarnya guru yang baik. Walaupun demikian dapat juga diberikan beberapa prinsip yang berlaku umum untuk semua guru yang baik, adalah :
  1. Guru yang baik memahami dan menghormati murid.
  2. Memahami bahan pelajaran yang diberikannya.
  3. Memilih metode yang sesuai.
  4. Menyesuaikan bahan pelajaran dengan kesanggupan murid.
  5. Mengaktif murid dalam hal belajar.
  6. Memberikan pengertian
  7. Menghubungkan pelajaran dengan kebutuhan murid.
  8. Memiliki tujuan tertentu dari setiap pelajaran.
  9. Tidak terikat dengan satu buku teks.
  10. Tidak menyampaikan pengetahuan saja tapi berusaha membentuk kepribadian anak.[2]
 A.    Guru sebagai Fasilitator
Guru sebagai fasilitator bertugas memberikan kemudahan belajar kepada seluruh peserta didik, agar mereka dapat belajar dalam suasana yang menyenangkan, gembira, penuh semangat, tidak cemas, dan berani mengemukakan pendapat secara terbuka.[3]
Guru sebagai fasilitator sedikitnya harus memiliki tujuh sikap seperti yang diidentifikasikan Rogers berikut ini.
1.            Tidak berlebihan mempertahankan pendapat dan keyakinannya, atau kurang terbuka.
2.            Dapat lebih mendengarkan peserta didik, terutama tentang aspirasi dan perasaannya.
3.            Mau dan mampu menerima ide peserta didik yang inovatif, dan kreatif bahkan yang sulit sekalipun.
4.            Lebih meningkatkan perhatiannya terhadap hubungan dengan peserta didik seperti halnya terhadap bahan pembelajaran.
5.            Dapat menerima balikan, baik yang sifatnya positif maupun negatif, dan menerimanya sebagai pandangan yang konstruktif terhadap diri dan perilakunya.
6.            Toleransi terhadap kesalahan yang diperbuat peserta didik selama proses pembelajaran, dan
7.            Menghargai prestasi peserta didik, meskipun biasanya mereka sudah tahu prestasi yang dicapainya.[4]
Sebagai seorang guru tidak hanya bertugas untuk mengajar dan memahami materi pelajaran yang akan diberikan, namun guru juga harus memahami keadaan peserta didik. Beberapa hal yang harus dipahami guru dari peserta didik antara lain : kemampuan, potensi, minat, hoby, sikap, kepribadian, kebiasaan, catatan kesehatan, latar belakang keluarga dan kegiatannya di sekolah.
B.     Guru sebagai Motivator
Motivasi merupakan salah satu faktor yang dapat meningkatkan kualitas pembelajaran, karena peserta didik akan belajar dengan sungguh-sungguh apabila memiliki motivasi yang tinggi. Oleh karena itu, untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, guru harus mampu membangkitkan motivasi belajar peserta didik.
1.      Teori Motivasi dari Maslow
Kebutuhan dasar yang dikatakan Maslow sebagai bertata jenjang (hierarki) dilukiskan seperti di bawah ini.[5]


 

Kebutuhan
untuk
Aktualisasi Diri
Kebutuhan untuk
Dihargai
Kebutuhan untuk Diakui
Kebutuhan akan Rasa Aman
Kebutuhan Psikologis


 

Dalam hubungannya dengan peningkatan kualitas pembelajaran, teori Maslow ini dapat digunakan sebagai pegangan untuk melihat dan mengerti mengapa :
a.       Peserta didik yang lapar, sakit atau kondisi fisiknya tidak baik tidak memiliki motivasi untuk belajar.
b.      Peserta didik lebih senang belajar dalam suasana yang menyenangkan.
c.       Peserta didik yang merasa disenangi, diterima oleh teman atau kelompoknya akan memiliki minat belajar yang lebih dibanding dengan peserta didik yang diabaikan atau dikucilkan.
d.      Keinginan peserta didik untuk mengetahui dan memahami sesuatu tidak selalu sama.
2.      Cara Membangkitkan Nafsu Belajar
Berdasarkan teori motivasi di atas terdapat beberapa prinsip yang dapat diterapkan untuk meningkatkan nafsu belajar peserta didik, antara lain :
a.       Peserta didik akan belajar lebih giat apabila topik yang dipelajarinya menarik, dan berguna bagi dirinya.
b.      Tujuan pembelajaran harus disusun dengan jelas dan diinformasikan kepada peserta didik sehingga mereka mengetahui tujuan belajar.
c.       Peserta didik harus selalu diberitahu tentang kompetensi, dan hasil belajarnya.
d.      Pemberian pujian dan hadiah lebih baik daripada hukuman, namun sewaktu-waktu hukuman juga diperlukan.
e.       Manfaatkan sikap, cita-cita, rasa ingin tahu, dan ambisi peserta didik.
f.       Usahakan untuk memperhatikan perbedaan individual peserta didik
g.      Usahakan untuk memenuhi kebutuhan peserta didik tersebut.
Dede Suryadi mengemukakan ada beberapa hal yang patut diperhatikan agar dapat membangkitkan motivasi belajar adalah sebagai berikut :
(1) Memperjelas tujuan yang ingin dicapai,
(2) Membangkitkan minat siswa,
(3) Menciptakan suasana belajar yang menyenangkan,
(4) Memberi pujian yang wajar terhadap keberhasilan siswa,
(5) Memberikan penilaian yang positif,
(6) Memberi komentar tentang hasil pekerjaan siswa, dan
(7) Menciptakan persaingan dan kerja sama.[6]
C.     Guru sebagai Pemacu
Sebagai pemacu belajar guru harus mampu melipat gandakan potensi peserta didik dan mengembangkan sesuai dengan aspirasi dan cita-cita mereka. Guru harus memahami bahwa setiap orang memerlukan bantuan orang lain dalam perkembangannya tidak terkecuali peserta didik yang memerlukan bantuan.[7]
Guru juga harus berpacu dalam pembelajaran, dengan memberikan kemudahan belajar bagi seluruh peserta didik, agar dapat mengembangkan potensinya secara optimal. Dalam hal ini, guru harus kreatif, profesional, dan menyenangkan, dengan memposisikan diri sebagai berikut.[8]
1.      Orang tua yang penuh kasih sayang pada peserta didiknya.
2.      Teman, tempat mengadu, dan mengutarakan perasaan bagi para peserta didik.
3.      Fasilitator yang selalu siap memberikan kemudahan, dan melayani peserta didik sesuai minat, kemampuan dan bakatnya.
4.      Memberikan sumbangan pemikiran kepada orang tua untuk dapat mengetahui permasalahan yang dihadapi anak dan memberikan saran pemecahannya.
5.      Memupuk rasa percaya diri, berani dan bertanggung jawab.
6.      Membiasakan peserta didik untuk saling berhubungan dengan orang lain secara wajar.
7.      Mengembangkan proses sosialisasi yang wajar antar peserta didik, orang lain dan lingkungannya.
8.      Mengembangkan kreatifitas.
9.      Menjadi pembantu ketika diperlukan.
D.    Guru sebagai Pemberi Inspirasi
Sebagai pemberi inspirasi belajar, guru harus mampu memerankan diri dan memberikan inspirasi bagi peserta didik, sehingga kegiatan belajar dan pembelajaran dapat membangkitkan berbagai pemikiran, gagasan, dan ide-ide baru.
Untuk itu guru harus mampu menciptakan lingkungan sekolah yang aman, nyaman dan tertib, optimisme dan harapan yang tinggi dari seluruh warga sekolah, kesehatan sekolah, serta kegiatan-kegiatan yang terpusat pada peserta didik, agar dapat memberikan inspirasi, membangkitkan nafsu, gairah dan semangat belajar. Iklim belajar yang kondusif merupakan faktor pendorong yang dapat memberikan daya tarik tersendiri bagi proses belajar. Lingkungan yang kondusif antara lain dapat dikembangkan melalui berbagai layanan dan kegiatan sebagai berikut.[9]
1.      Memberikan pilihan bagi peserta didik yang lambat maupun yang cepat dalam melakukan tugas pembelajaran.
2.      Memberikan pembelajaran remedial bagi peserta didik yang kurang berprestasi, atau berprestasi rendah.
3.      Mengembangkan organisasi kelas yang efektif, menarik, nyaman dan aman bagi perkembangan potensi seluruh peserta didik secara optimal.
4.      Menciptakan kerjasama saling menghargai, baik antar peserta didik maupun antara peserta didik dengan guru dan pengelola pembelajaran lain.
5.      Melibatkan peserta didik dalam proses perencanaan belajar dan pembelajaran.
6.      Mengembangkan proses pembelajaran sebagai tanggung jawab bersama antara peserta didik dan guru, sehingga guru lebih banyak bertindak sebagai fasilitator, dan sebagai sumber belajar.
7.      Mengembangkan sistem evaluasi belajar dan pembelajaran  yang menekankan pada evaluasi diri sendiri.
Sebagai pemberi inspirasi, guru juga dapat memerankan dirinya sebagai pembawa ceritera. Dengan ceritera-ceritera yang menarik diharapkan dapat membangkitkan berbagai inspirasi peserta didik.
Sebagai pendengar, peserta didik dapat mengidentifikasi watak-watak pelaku yang ada dalam ceritera, dapat secara objektif menganalisa, menilai manusia, kejadian-kejadian dan pikiran-pikiran.
  BAB II
PENUTUP
Ø  Kesimpulan
Guru mempunyai berbagai peranan penting dalam metode pembelajaran yaitu; sebagai fasilitator, motivator, inspirator dan inovator untuk mencapai hasil tujuan pembelajaran yang diharapkan. Guru di sekolah adalah pendidik, tugasnya membimbing dan mendampingi siswa agar kelak dapat hidup mandiri. Peran guru sebagai perencana (planner) pada tahap ini melakukan identifikasi masalah yang ada dikelas yang akan digunakan untuk kegiatan lesson study dan perencanaan alternative pemecahannya.
Ø  Saran
Penulis menyadari sebagai manusia biasa yang tak lepas dari kekurangan yang membawa ketidaksempurnaan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat kostruktif demi kesempurnaannya dimasa mendatang.
 DAFTAR PUSTAKA
Alma, Buchari. 2008. Guru Profesional (Menguasai Metode dan Terampil Mengajar), Bandung : Alfabeta
E. Mulyasa.2007. Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, Bandung : PT Remaja Rosdakarya
Suryadi, Dede. 11 Februari 2010. Guru Sebagai Motivator Siswa, http://bataviase.co.id
28 Juli 2010. Guru Sebagai Pemacu,. http://rici22.student.umm.ac.id


[1] E. Mulyasa, M.Pd, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2007, hal. 53
[2] Prof. Dr. H. Buchari Alma, M.Pd.dkk, Guru Profesional (Menguasai Metode dan Terampil Mengajar), Bandung : Alfabeta, 2008, hal. 149-150
[3] Op.cit
[4] Ibid., hal. 55
[5] Ibid., hal.59
[6] Drs. Dede Suryadi, Guru Sebagai Motivator Siswa, 11 Februari 2010. http://bataviase.co.id
[7] Guru Sebagai Pemacu, 28 Juli 2010. http://rici22.student.umm.ac.id
[8] Mulyasa, Op.cit., hal. 64-65
[9] Ibid., hal. 68-69

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Sekolah
:
MI
Mata Pelajaran
:
Bahasa Arab
Kelas/Semester
:
VI/(satu)
Materi Pokok
:
Istima' tentang
الساعة، الأفعال اليومية dengan menggunakan 20 mufradat baru
Pertemuan 
:
1 dan 2 (4 x 35)
Metode pembelajaran
:
Ikhtiyarat/eclectic (sam'iyah syafawiyah, tanya jawab, penugasan, dan lain-lain.
Standar Kompetensi
:
1. Menyimak
Memahami informasi lisan melalui kegiatan mendengarkan dalam  bentuk paparan atau dialoq  tentang kegiatan sehari-hari.
Kompetensi dasar            
:
1.1     Mengidentifikasi bunyi huruf hijaiyah dan ujaran (          kata, kalimat ) tentang  الساعة، الأفعال اليومية
1.2     Memukan makna atau gagasan dari wacana lisan          sederhana tentang   الساعة، الأفعال اليومية
Alokasi waktu
:
 2 x 40
Langkah-langkah Pembelajaran     :
a.  Kegiatan Awal/Orientasi
¨      Guru menyapa dan memperkenalkan diri pada siswa
¨      Guru bertanya kepada beberapa siswa tentang informasi pribadi (nama, alamat, asal sekolah, dll)
¨      Guru menjelaskan kompetensi yang diharapkan akan dicapai dan rencana kegiatan yang akan dilaksanakan berkenaan dengan                                       الساعة، الأفعال اليومية
b.  Kegiatan Inti
·        Siswa menyimak hiwar/teks lisan
tentang الساعة، الأفعال اليومية yang disampaikan guru melalui kaset, VCD/DVD, atau suara guru langsung.
·        Siswa mendemonstrasikan الساعة، الأفعال اليومية sesuai materi yang diperdengarkan dengan bimbingan guru.
·        Siswa mengidentifikasi makna kata, frase, dan kalimat dalam hiwar/teks lisan yang diperdengarkan oleh guru.
·        Siswa menjelaskan makna kata, frase, dan kalimat dalam hiwar/teks lisan yang diperdengarkan oleh guru.
c.  Kegiatan Akhir
·        Siswa menjawab pertanayaan guru tentang :
  • Makna kata, frase, kalimat, dan seluruh hiwar atau teks lisan yang disimaknya
  • Ragam فعل مضارع/فعل أمر + مفعول به dan maknanya yang terdapat dalam hiwar atau teks lisan yang disimaknya.
  • Kandungan materi dan gagasan yang terdapat dalam hiwar/teks lisan yang disimaknya.
·        Siswa mendemonstrasikan hiwar/teks lisan yang disimaknya.
Alat/Bahan/Sumber :
·        Buku paket, perangkat pembelajaran  طا رق  , linguaphone, kamus, majalah, komik, Koran, kaset, VCD/DVD, alat peraga, dsb.
Penilaian :
Indikator Pencapaian Kompetensi
Teknik Penilaian
Bentuk Penilaian
Contoh Instrumen
·        Membedakan perubahan bentuk Fi’il Mudhari’
·        Menyebutkan kosakata baru yang didengar
·        Mencocokkan gambar dengan ujaran sesuai kontek Menerjemahkan kalimat- kalimat yang didengar
·        Menentukan tema konteks yang didengar
·         Mencatat isi pokok/ hal penting dari teks yang didengar s
Lisan
Lisan
Uraian
Uraian

اذهب إلى المدرسة

في الساعة السابعة

أرجع من المدرسة في الساعة الواحدة
ماذا تريد؟ ماذا تعمل؟
Mengetahui                                                                          .........., ..................20......
Kepala MI.................                                                             Guru Mata Pelajaran BA,
_________________                                                          _________________
NIP.                                                                                        NIP.

Cara Cepat Belajar Mengaji Al quran Untuk Pemula [Mudah dan Praktis] November 9, 2017   by  Miqdad Nashr Belajar Mengaji  – Kitab Al...