Pengertian Belajar
Belajar
menurut Omar Hamalik (2002:154) adalah perubahan tingkah laku yang relatif
mantap berkat latihan dan pengalaman. Hilgard dan Bower seperti yang dikutip
Ngalim Purwanto (1993:84) bahwa “Belajar berhubungan dengan perubahan tingkah
laku seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh
pengalaman yang berulang-ulang, dimana perubahan tingkah laku itu tidak dapat
dijelaskan atau dasar kecenderungannya berupa respon pembawaan, kematangan atau
keadaan sesaat seseorang”. Pendapat tersebut menegaskan bahwa belajar merupakan
suatu perubahan tingkah laku yang disebabkan oleh pengalaman yang
berulang-ulang.
Menurut
Gadne yang dikutip Ngalim Purwanto (1993:84) bahwa “Belajar terjadi apabila
suatu situasi stimulus bersama isi ingatan mempengaruhi siswa sedemikian rupa,
sehingga perbuatannya berubah. Pendapat ini menjelaskan bahwa belajar
dipengaruhi oleh situasi stimulus yang menyebabkan perubahan perbuatan”. Morgan
yang dikutip Ngalim Purwanto (1993:84) bahwa “Belajar adalah setiap perubahan
yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari
latihan atau pengalaman. Pendapat ini menggambarkan bahwa belajar merupakan
perubahan yang relative menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu
hasil dari latihan atau pengalaman”. Witherington yang dikutip Ngalim Purwanto
(1993:84) bahwa “Belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam
tingkah laku yang terjadi sebagai suatu pola baru dari reaksi yang berupa
kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian, atau suatu pengertian. Pendapat
tersebut menjelaskan bahwa belajar merupakan perubahan tingkah laku yang
terjadi sebagai reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian,
atau suatu pengertian”.
Melihat
pendapat-pendapat di atas, belajar dapat didefinisikan sebagai suatu perubahan
tingkah laku yang relatif menetap sebagai reaksi yang berupa kecakapan, sikap,
kebiasaan, kepandaian, atau suatu pengertian yang disebabkan oleh situasi
stimulus yang berupa latihan atau pengalaman yang berulang-ulang.
Belajar
merupakan suatu proses, sebagai suatu proses sudah barang tentu harus ada yang
diproses (masukan atau input), dan hasil dari pemrosesan (keluaran atau output).
Jadi dalam menganalisis kegiatan belajar dapat dilakukan dengan pendekatan
analisis sistem.
Dalam
proses belajar-mengajar di sekolah, maka yang dimaksud masukan mentah (raw
input) adalah siswa, sebagai raw input siswa memiliki karakteristik
tertentu, baik fisiologis maupun psikologis. Mengenai fisiologis ialah
bagaimana kondisi fisiknya, panca inderanya, dan sebagainya, sedangkan kondisi
psikologis adalah minatnya, tingkat kecerdasannya, bakatnya, motivasinya,
kemampuan kognitifnya, dan sebagainya. Semua itu dapat mempengaruhi bagaimana
proses dan hasil belajarnya (Ngalim Purwanto, 1993:107).
Instrumental
input atau faktor-faktor yang sengaja
dirancang dan dimanipulasikan adalah kurikulum atau bahan pelajaran, guru yang
memberikan pengajaran, sarana, dan fasilitas, serta manajemen yang berlaku di
sekolah yang bersangkutan. Dalam keseluruhan sistem, maka instrumental input
merupakan faktor yang sangat penting dan paling menentukan dalam pencapaian
hasil/output yang dikehendaki karena instrumental input inilah
yang menentukan bagaimana proses belajar-mengajar itu akan terjadi di dalam
diri pelajar (Ngalim Purwanto, 1993:107).
3. Pengertian minat belajar siswa
3. Pengertian minat belajar siswa
Menurut
Djamarah (2008:166), minat berarti kecenderungan yang menetap dan mengenang beberapa
aktivitas. Seseorang yang berminat terhadap aktivitas akan memperhatikan
aktivitas itu secara konsisten dengan rasa senang. Menurut Agus Sujanto
(2004:92), minat sebagai sesuatu pemusatan perhatian yang tidak sengaja yang
terlahir dengan penuh kemauannya dan tergantung dari bakat dan lingkungannya.
Pernyataan tersebut menjelaskan bahwa minat merupakan pemusatan perhatian.
Witherington
yang dikutip oleh Buchori (1991:135), juga berpendapat bahwa minat merupakan
kesadaran seseorang terhadap suatu obyek, seseorang, soal atau situasi yang
bersangkutan dengan dirinya. Selanjutnya minat harus dipandang sebagai suatu
sambutan yang sadar dan kesadaran itu disusul dengan meningkatnya perhatian
terhadap suatu obyek. Beberapa pendapat di atas menunjukkan adanya unsur
perhatian di dalam minat seseorang terhadap sesuatu.
Menurut
Djaali (2007:121), minat adalah rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada
sesuatu hal atau aktivitas tanpa ada yang menyuruh. Pernyataan tersebut
mengidentifikasikan bahwa orang yang berminat akan ada rasa tertarik. Tertarik
dalam hal tersebut merupakan wujud dari rasa senang pada sesuatu. Slameto
(1995:57), berpendapat bahwa minat sebagai kecenderungan yang tetap untuk
memperhatikan terus-menerus yang disertai rasa senang. Beberapa pendapat di
atas menunjukkan adanya unsur perasaan senang yang menyertai minat seseorang.
Melihat
beberapa pendapat dari para ahli di atas, dapat diketahui ciri-ciri adanya
minat pada seseorang dari beberapa hal, antara lain: adanya perasaan senang,
adanya perhatian, adanya aktivitas yang merupakan akibat dari rasa senang dan
perhatian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar